WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ratna Sari Dewi Soekarno kembali menjadi sorotan setelah mengambil keputusan mengejutkan: melepas status Warga Negara Indonesia (WNI).
Keputusan ini diambil demi mendirikan partai politik di Jepang, yang mengharuskan pendirinya berkewarganegaraan Jepang.
Baca Juga:
Iyus, Warga Cileungsi, Jadi Sopir Bus Pariwisata Indonesia Pertama di Jepang
Agar partainya bisa diakui secara resmi, Ratna Soekarno pun mengganti kewarganegaraannya menjadi Warga Negara Jepang.
Partai yang didirikannya, Heiwa 12, berfokus pada isu kesejahteraan anjing dan kucing.
Selain itu, Ratna juga dikabarkan akan mencalonkan diri sebagai anggota Majelis Tinggi Parlemen Jepang pada pemilu mendatang.
Baca Juga:
Tsunami Setinggi 1 Meter Terdeteksi di Jepang Setelah Gempa Magnitudo 6,9
Sebelum dikenal sebagai Ratna Sari Dewi, ia lahir dengan nama Naoko Nemoto di Jepang.
Sosoknya bukan orang sembarangan dalam sejarah Indonesia, mengingat ia adalah istri kelima Presiden Soekarno.
Kisah Cinta Soekarno dan Naoko Nemoto
Pertemuan pertama mereka terjadi pada 16 Juni 1959, saat Soekarno mengunjungi Jepang dan menghadiri makan malam di Imperial Hotel, Tokyo.
Saat itu, seorang gadis berusia 19 tahun bernama Naoko Nemoto tampil menghibur dengan kesenian tradisional.
Soekarno langsung terpikat, tetapi ia tidak segera mengungkapkan perasaannya. Tiga bulan kemudian, ia mengundang Naoko ke Indonesia.
Keduanya kembali bertemu di Jakarta pada 14 September 1959, dan sejak itu hubungan mereka semakin erat.
Pada 3 Maret 1962, Soekarno menikahi Naoko, yang kemudian berganti nama menjadi Ratna Sari Dewi serta memeluk agama Islam.
Pernikahan ini menambah daftar istri proklamator tersebut. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai seorang putri, Kartika Sari Dewi, yang lahir di Tokyo pada 11 Maret 1967.
Namun, rumah tangga mereka tak bertahan lama. Pada 1970, keduanya resmi bercerai.
Cinta Soekarno
Meskipun telah berpisah, Soekarno tetap mengungkapkan rasa cintanya kepada Ratna Sari Dewi.
Ia bahkan pernah berwasiat bahwa jika Ratna meninggal, ia ingin istrinya itu dimakamkan di samping pusaranya.
"Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai istri yang kucintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal, kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersamaku," ujar Soekarno, dikutip dari Bung Karno: Perginya Seorang Kekasih, Suami & Kebanggaanku (1978).
Setelah perceraian, Ratna menjalani kehidupan di berbagai negara, mulai dari Prancis, Swiss, Amerika Serikat, hingga akhirnya kembali ke Jepang.
Gaya Hidup Mewah
Ratna Sari Dewi dikenal dengan gaya hidupnya yang glamor. Tempo (15 Februari 1992) pernah melaporkan bahwa ia selalu tinggal di apartemen mewah, tampil dengan busana mahal, serta gemerlap perhiasan.
Ia juga kerap menghadiri pesta sosial di berbagai negara dan bergaul dengan kalangan elit dunia, termasuk konglomerat minyak Adnan Khashoggi.
Sumber kekayaannya berasal dari bisnis di bidang konstruksi dan peralatan berat selama tinggal di luar negeri. Selama pengembaraannya, ia selalu membawa serta putrinya, Kartika Sari Dewi.
Kartika kemudian menikah dengan Fritz Frederic, Presiden Citybank Eropa, dan memiliki seorang putra bernama Frederik Kiran Soekarno pada 2006.
Sejak 2008, Ratna memilih menetap di Jepang. Akhirnya, setelah 63 tahun berstatus WNI, ia secara resmi melepas kewarganegaraan Indonesia pada tahun 2025.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]