WahanaNews.co | Energi Baru Terbarukan (EBT) akan memiliki peran penting di masa mendatang.
Meskipun demikian, minyak dan gas masih menjadi kebutuhan masyarakat untuk memastikan keamanan energi.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Oleh karena itu, masalah transisi energi perlu ditangani secara perlahan-lahan dengan pemecahan masalah yang matang sekaligus mempertimbangkan kesinambungan, keamanan, dan ketersediaan energi.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, saat menjadi menjadi pembicara utama pada pembukaan Oil & Gas Exhibition 2022 di Kuala Lumpur, Malaysia, baru-baru ini.
Kesempatan tersebut juga menampilkan Head of Malaysian Petroleum Management, Mohammad Firouz Asnan; President & Group CEO Petronas, Datuk Tengku Muhammad Taufik; serta beberapa pejabat otoritas migas Malaysia lainnya.
Baca Juga:
Kebut Elektrifikasi dan EBT, PLN Kantongi Pendanaan US$ 581,5 Juta dari Bank Dunia
Dwi Soetijpto dipilih menjadi pembicara utama sebagai bentuk apresiasi kepada SKK Migas, yang dinilai sukses menyelenggarakan Forum Kapasitas Nasional.
Oil & Gas Asia adalah salah satu pameran migas terbesar di benua ini, di mana pemegang kepentingan industri migas bertemu dengan para pengambil keputusan, baik dari pemerintahan maupun perusahaan minyak nasional dan internasional.
Acara yang berlangsung pada 13-15 September 2022 ini menjadi tempat untuk bertukar informasi tentang teknologi dan trend terkini industri migas.
Dwi, dalam keterangan pers diterima media pada Kamis (15/9/2022), menyampaikan, salah satu isu global yang memengaruhi industri migas dunia merupakan transisi energi.
Berdasarkan yang disampaikan dalam protokol Kyoto, Paris Agreement, atau kesepakatan global lainnya yang diciptakan oleh banyak negara, termasuk Indonesia, komitmennya bertujuan untuk mengurangi emisi karbon.
Dalam sektor migas, ada beberapa perusahaan migas terkemuka yang sudah mencanangkan pengurangan emisi karbon ke dalam strategi portofolio mereka.
Kondisi inilah yang membuat persaingan untuk menarik investasi ke sektor migas semakin sengit.
“Namun, di sisi lain, pemulihan ekonomi dunia pascapandemi Covid-19, dan krisis Rusia-Ukraina, turut mendorong naiknya permintaan dan harga migas. Dan oleh karenanya, tekanan untuk meningkatkan produksi migas juga semakin tinggi,” tuturnya.
Selanjutnya, Dwi mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara merupakan yang tercepat di dunia, sehingga kawasan ini membutuhkan energi untuk menopang pertumbuhan tersebut.
“Kami mendukung penuh komitmen pemerintah terhadap energi terbarukan, namun kami juga sangat yakin bahwa sektor migas, khususnya gas, masih sangat relevan dalam memainkan peran yang lebih strategis dalam transisi energi. Tantangannya kini adalah bagaimana meningkatkan produksi, sekaligus mengurangi emisi karbon pada saat yang bersamaan,” katanya.
Dwi menambahkan, dengan mempertimbangkan potensi sumber daya dan mengusahakan target emisi, Indonesia tidak hanya sedang mengejar target produksi minyak sebesar 1 juta bpd dan gas sebesar 12 miliar kubik pada 2030 mendatang, namun juga meningkatkan dampak berganda bagi perekonomian serta mendorong keseimbangan industri energi dengan lingkungan.
Dwi optimistis bahwa kepulauan Indonesia masih menyimpan cadangan potensial.
Dari 128 basin, produksi migas Indonesia baru berasal dari 20 basin, Ini masih ada 68 persen yang belum dieksplorasi.
Pengeboran eksplorasi baru-baru ini berlangsung di Laut Andaman yang membuahkan hasil positif dengan adanya potensi cadangan gas.
“Kami mengundang lebih banyak kegiatan eksplorasi di kawasan ini. Kami ingin melakukan pengeboran 700 struktur, di mana kami berharap menemukan potensi besar. Kami juga menjajaki kegiatan eksplorasi besar-besaran untuk menemukan potensi cadangan migas non-konvensional,” tuturnya.
Dwi menyampaikan, Indonesia ingin berbagi semangat kerja sama di kawasan Asia Tenggara.
Tahun ini, Indonesia menjadi Presidensi atau tuan rumah G20, dan berharap dapat menerima kemungkinan kolaborasi dalam mempromosikan transaksi energi.
Mengenai upaya menghadirkan multiplier effect dari industri hulu migas, SKK Migas terus mendorong peran industri nasional dan lokal.
Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas, Erwin Suryadi, yang juga dipilih menjadi Ketua Delegasi Indonesian Pavilion OGA 2022, mengumumkan, Pemerintah Indonesia melalui SKK Migas dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memfasilitasi keikutsertaan sejumlah pelaku industri dalam negeri di ajang OGA 2022 di Malaysia.
“Sebanyak 20 perusahaan dalam negeri, termasuk pabrikan lokal penunjang industri hulu migas ambil bagian dan tergabung dalam delegasi Indonesian Pavilion. Kami mempromosikan produk-produk lokal terbaik ke pasar global. Hal ini juga sejalan dengan keinginan Presiden Jokowi untuk memperkuat produk dalam negeri, termasuk untuk bersaing di pasar dunia,” ungkapnya.
Keterlibatan Indonesia Pavilion di acara OGA 2022 adalah pembaruan dari kegiatan Forum Kapasitas Nasional 2022 yang baru saja dilaksanakan akhir Juli kemarin. [gun]