WahanaNews.co, Jakarta - Agaknya, Presiden Rusia Vladimir Putin begitu meyakini kekuatan militernya begitu tangguh. Dalam suatu wawancara dengan pembawa acara kontroversial sayap kanan AS, Tucker Carlson, Presiden Vladimir Putin menyatakan bahwa Barat perlu menyadari, mengalahkan Rusia di Ukraina tidaklah mungkin.
Dalam percakapan berdurasi dua jam dengan mantan pembawa acara Fox News tersebut, Putin juga mengisyaratkan kemungkinan mencapai kesepakatan terkait wartawan Wall Street Journal, Evan Gershkovich, yang saat itu sedang dipenjara.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Putin menyatakan, "Ada beberapa hal yang sedang didiskusikan melalui saluran layanan khusus," dalam wawancara yang dirilis pada Kamis (8/2/2024).
Pada kesempatan ini, Presiden Rusia menuding bahwa Gershkovich adalah mata-mata, suatu klaim yang dengan tegas dibantah oleh Wall Street Journal dan pemerintah Amerika Serikat.
Faktanya, ini merupakan wawancara pertama yang melibatkan Putin dengan seorang perwakilan media Barat sejak tahun 2019.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Namun, Carlson, yang dekat dengan mantan presiden Donald Trump, hanya mengajukan beberapa pertanyaan sulit dan lebih banyak mendengarkan ketika pemimpin Kremlin itu menyampaikan pandangan tentang sejarah Rusia, yang menggambarkan negara itu sebagai korban pengkhianatan Barat.
Putin membela keputusannya untuk menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Dan menyatakan bahwa saat ini Barat telah menyadari bahwa Rusia tidak akan dapat dikalahkan, bahkan dengan dukungan dari AS, Eropa, dan NATO untuk Ukraina.
"Hingga saat ini, terdapat kegemparan dan kehebohan seputar kemungkinan kekalahan strategis Rusia di medan perang. Namun, sekarang tampaknya mereka mulai menyadari bahwa pencapaian tersebut sulit, bahkan mustahil. Menurut pandangan saya, hal tersebut tidak dapat diwujudkan," ujar Putin, seperti yang dikutip dari AFP.
Presiden Rusia juga menyampaikan pesan khusus kepada Kongres AS, terutama mengingat Partai Republik yang didominasi oleh Trump semakin enggan untuk terus memberikan dukungan senjata dan bantuan militer lainnya kepada Ukraina.
"Saya akan memberitahu Anda apa yang kami sampaikan mengenai masalah ini kepada Kongres AS dan kepemimpinan negara tersebut. Jika tujuan sebenarnya adalah menghentikan pertempuran, maka logikanya, pasokan senjata juga harus dihentikan," katanya.
Ketika ditanya tentang kemungkinan perubahan kepemimpinan setelah pemilu AS, di mana Biden diperkirakan akan berhadapan dengan Trump dalam pertandingan ulang kontes mereka di tahun 2020, Putin mengindikasikan bahwa ia tidak akan melihat banyak perubahan.
"Anda baru saja bertanya kepada saya apakah pemimpin lain akan datang dan mengubah sesuatu? Ini bukan tentang pemimpinnya. Ini bukan tentang kepribadian seseorang," ucap dia.
Berhadapan dengan Putin di ruangan yang dihiasi dengan ornamen di Kremlin, Carlson jarang sekali menekan atau menyoroti hubungan Putin dengan Trump, sambil duduk di kursi putih yang serasi dengan meja kecil di antara mereka.
Selama masa kepemimpinan dan setelah dikalahkan oleh Biden, Trump secara berulang kali memuji Putin dan tidak mengutuk invasi ke Ukraina.
Dia bahkan menyatakan bahwa jika terpilih kembali, ia mampu mengakhiri perang dalam "24 jam," meskipun tanpa memberikan rincian tentang bagaimana itu akan tercapai.
Sebaliknya, Biden telah menggambarkan Putin sebagai "penjahat perang" dan menjadikan dukungan terhadap pemerintah pro-Barat di Ukraina sebagai salah satu prioritas utama selama masa kepresidenannya.
Wawancara antara Carlson dan Putin diambil pada Selasa (6/2/2024) dan diunggah di situs web milik Carlson.
Selebihnya, perlu diketahui, Putin mempercayai kekuatan militer Rusia karena sejumlah faktor.
Pertama, investasi besar dalam modernisasi peralatan dan teknologi militer meningkatkan kemampuan tempur pasukannya.
Kedua, sejarah panjang keberhasilan militer Rusia, termasuk peran Uni Soviet dalam Perang Dunia II, menciptakan identitas kebangsaan yang kuat dan keyakinan bahwa pasukan Rusia memiliki kemampuan pertempuran yang teruji.
Selain itu, kendali politik yang kuat atas institusi militer memberikan Putin keamanan dan stabilitas internal.
Dengan pengendalian ini, Putin dapat memastikan loyalti pasukannya serta menghadapi situasi internal dan eksternal, dengan keyakinan bahwa pasukannya dapat mengatasi berbagai tantangan dengan efektif.
Kesuksesan dalam konflik regional seperti di Suriah dan Georgia turut memperkuat keyakinan Putin terhadap ketangguhan militernya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]