WahanaNews.co | Partai oposisi terbesar Sri Lanka menolak undangan presiden untuk membentuk sebuah pemerintahan bersatu.
Penolakan terjadi di saat aksi protes warga yang dipicu krisis ekonomi berlanjut di seantero Sri Lanka.
Baca Juga:
Kabur 7 Pekan, Eks Presiden Sri Lanka Akhirnya Pulang
Sebanyak 26 menteri kabinet Sri Lanka telah mengundurkan diri pada hari Minggu kemarin, setelah ribuan warga melanggar aturan jam malam dan berunjuk rasa mengecam pemerintah.
Dalam sebuah pernyataan dari kantor Presiden Gotabaya Rajapaksa pada Senin (4/4/2022), disebutkan bahwa presiden "mengundang semua partai politik di parlemen untuk bersatu dan menerima jabatan-jabatan menteri dalam upaya mencari solusi dari krisis nasional saat ini."
Presiden dan kakaknya, Perdana Menteri Mahindra Rajapaksa, masih memegang kekuasaan mereka meski keluarga Rajapaksa merupakan fokus kemarahan warga Sri Lanka saat ini.
Baca Juga:
Didepak Singapura, Eks Presiden Sri Lanka Kini Mengungsi ke Thailand
Dua anggota keluarga Rajapaksa lainnya, yaitu Menteri Keuangan Basil Rajapaksa dan Menteri Irigasi Chamal Rajapaksa, memilih mengundurkan diri.
Menteri Olahraga Namal Rajapaksa juga mengundurkan diri pada hari Minggu kemarin.
Dikutip dari The New Daily, pengunduran tiga dari 26 menteri itu dipandang sebagai upaya meredam kemarahan publik terhadap keluarga Rajapaksa.
Namun publik tetap marah karena pos presiden dan perdana menteri masih dipegang Rajapaksa.
Oposisi terbesar di Sri Lanka, Kekuatan Rakyat Bersatu atau SJB, menolak mentah-mentah tawaran presiden.
"Masyarakat di negara ini ingin Gotabaya dan seluruh keluarga Rajapaksa meninggalkan jabatan mereka. Kami tidak dapat menentang keinginan rakyat, dan kami tidak bisa bekerja bersama para pejabat korup," ujar pejabat tinggi SJB, Ranjth Madduma Banadara.
SJB memiliki 54 perwakilan dari total 225 anggota parlemen Sri Lanka.
Penolakan atas permintaan presiden ini dipastikan berujung pada semakin parahnya krisis ekonomi dan politik di Sri Lanka. [gun]