WahanaNews.co, Laut Merah - Milisi Houthi di Yaman menyatakan bahwa mereka telah menguasai sebuah kapal milik perusahaan Israel di bagian selatan Laut Merah.
Sebanyak 22 orang dikabarkan berada di dalam kapal bernama Galaxy Leader yang sedang dalam perjalanan dari Turki menuju India. Menurut Houthi, kapal tersebut dimiliki oleh seorang pengusaha Israel.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
"Kami telah menerima konfirmasi dari pejabat Houthi bahwa mereka telah merebut kendali atas kapal ini. Pada Minggu, (19/11/2023), mereka mengumumkan dimulainya operasi untuk menyerang kapal-kapal yang berbendera Israel. Mereka juga memberikan peringatan kepada pelaut internasional untuk tidak bekerja di perusahaan semacam itu," ujar jurnalis Al Jazeera di Yaman, Mohammed al-Attab.
Juru bicara militer Houthi di Yaman, Yahya Saree, menegaskan bahwa para kru kapal Galaxy Leader akan diperlakukan dengan norma-norma dan sesuai prinsip Islam.
Dia juga menegaskan bahwa kapal apa pun milik Israel atau mereka yang mendukungnya, akan menjadi target sah pasukan Houthi.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
"Kami menegaskan kelanjutan operasi militer kami terhadap [Israel], sampai agresi dan kejahatan buruk terhadap saudara-saudara Palestina di Gaza dan Tepi Barat berhenti," ungkap Saree.
Israel menyebut kapal yang dibajak oleh Houthi adalah kapal kargo yang dimiliki oleh Inggris dan dioperasikan oleh Jepang, seperti yang dilaporkan oleh Reuters.
Juru bicara Nippon Yusen (NYK), yang juga dikenal sebagai NYJ, mengkonfirmasi bahwa kapal kargo pengangkut mobil yang dioperasikannya telah dibajak di Laut Merah.
Menurut laporan dari surat kabar Jepang Nikkei, terdapat 22 awak kapal, termasuk warga negara Bulgaria dan Filipina. Tidak ada warga negara Jepang maupun Israel di kapal tersebut.
Sementara itu, pemerintah Israel menyebut pembajakan ini sebagai "peristiwa yang sangat serius di tingkat global."
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga menegaskan bahwa pemerintah Israel tidak terlibat dalam kepemilikan, pengoperasian, atau susunan awak kapal.
Dalam pernyataannya, kantor PM Netanyahu menyebut tindakan tersebut sebagai "tindakan terorisme Iran lainnya yang mencerminkan peningkatan permusuhan Iran terhadap warga dunia, dengan konsekuensi internasional terkait keamanan rute pelayaran global."
Lebih lanjut, pernyataan tersebut menegaskan bahwa tidak ada warga Israel yang berada di kapal tersebut.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]