WahanaNews.co | Setiap tahun tercatat lebih dari 2.500 orang tewas tersambar petir di India. Bagaimana fenomena petir ini bisa sangat mematikan?
Dilansir dari BBC Indonesia, Selasa (15/2/2022) pada Maret tahun lalu, empat tukang kebun yang sedang bekerja di sebuah kondominium di Gurgaon, kawasan di luar kota di dekat Delhi, India berlindung di bawah pohon saat hujan turun.
Baca Juga:
Hujan Petir Bukan Masalah! Begini Cara Pesawat Modern Tetap Aman di Udara
Namun, dalam hitungan menit, kilatan berwarna jingga melesat ke bawah batang pohon, disertai suara gemuruh guntur.
Biasanya, petir hanya berlangsung kurang dari satu detik, tetapi sebuah sambaran petir ini memuat daya hingga 300 juta volt dan 30.000 amp yang cukup mematikan. Petir seperti itu dapat menyebabkan udara di sekitarnya memanas hingga mencapai suhu lima kali lipat lebih tinggi dibandingkan suku permukaan matahari.
Keempat orang yang berteduh di bawah pohon itu pun kemudian jatuh ke tanah, satu di antaranya meninggal dunia, sedangkan lainnya selamat, namun mengalami luka bakar.
Baca Juga:
BMKG Ingatkan Sejumlah Daerah Siaga Hujan Lebat 5-11 Juli 2024
Setiap tahunnya, ada lebih dari 2.500 orang di India yang kehilangan nyawa akibat sambaran petir.
Menurut data resmi yang ada, sambaran petir telah menewaskan lebih dari 100.000 orang di negara itu sejak 1967 hingga 2019. Jumlah tersebut adalah lebih dari sepertiga kasus kematian akibat bencana alam dalam kurun waktu tertentu.
Sementara orang yang selamat dari sambaran petir mematikan, harus hidup dengan kondisi lemah, pusing, bahkan kehilangan ingatan.
Sejak tiga tahun lalu, Badan Meteorologi India memulai prakiraan petir, melalui aplikasi-aplikasi seluler, kini petir dapat dilacak. Peringatan petir juga disampaikan melalui radio, TV, serta sukarelawan yang membawa megafon.
Sosialisasi terkait hal ini juga dikampanyekan oleh organisasi Lightning India Resilient Campaign, yang berupaya meningkatkan kesiagaan di desa-desa rawan petir demi mengurangi angka kematian, tetapi jumlah kasus sambaran petir juga meningkat tajam.
Sambaran petir di India terus meningkat
Sebuah studi yang dilakukan lembaga nirlaba, Dewan Promosi Sistem Ketahanan Iklim menunjukkan, terjadi lebih dari 18 juta sambaran petir sepanjang April 2020 hingga Maret 2021.
Jumlah sambaran petir mematikan ini meningkat 34 persen dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya.
Data satelit yang dikumpulkan oleh Institut Meteorologi Tropis India juga menunjukkan sambaran petir meningkat pesat antara tahun 1995 dan 2014. Sejumlah negara bagian di India juga melaporkan sambaran petir besar-besaran, dan ada tiga negara bagian yang berkontribusi 70 persen angka kematian akibat sambaran petir.
Ketiga negara bagian di India dengan angka kasus kematian karena sambaran petir tertinggi itu antara lain Odisha, Jharkhand dan Benggala Barat. Orang-orang yang bekerja di lahan pertanian adalah yang paling rentan tersambar petir.
"Ada banyak sambaran petir di daerah kami. Saya masih ingat seorang bocah lelaki berusia tujuh tahun meninggal ketika dia pergi keluar saat badai untuk menjemput kerbau mereka. Sekarang kami mencoba diam di rumah," kata Sandhyarani Giri, seorang guru sekolah di Benggala Barat.
Giri tinggal di sebuah kampung nelayan yang padat penduduk di Fraserganja, sebuah wilayah yang berbatasan dengan Teluk Benggala dan berjarak 120 km arah selatan dari Kolkata. Wilayah ini semacam titik panas sambaran petir. Sebab, daerah tersebut sekitar 60 orang meninggal setiap tahunnya karena tersambar petir.
Lanskap desa-desa pesisir ini terdiri dari lahan pertanian, telaga, serta rumah beratap seng dan jerami. Hidup di tepi laut bisa sangat berbahaya akibat badai siklon dan gelombang pasang yang terjadi.
Petir lebih mungkin menyambar di darat, tetapi perairan di lepas pantai paling sering tersambar. Namun, pada dasarnya, penyebab terjadinya petir adalah akibat pelepasan listrik yang dipicu oleh ketidakseimbangan di dalam awan badai.
Oleh sebab itu, untuk menangkal petir, penduduk desa membuat konduktor petir sederhana untuk mengarahkan petir bermuatan listrik itu ke bumi.
Penangkal petir yang dibuat menggunakan pelek sepeda bekas, bambu, dan kabel logam. Pelek dipasang di atas tiang bambu, yang ketinggiannya mencapai sembilan meter, diikatkan pada bangunan, terutama di pusat-pusat kegiatan masyarakat dan sekolah.
Konduktor tersebut akan mengalirkan listrik dari sambaran petir ke bumi tanpa menyebabkan kerusakan apapun.
Kendati demikian, menurut penelitian Lightning Resilient India Campaign menunjukkan bahwa sebagian besar korban yang tersambar petir meninggal setelah mereka berlindung di bawah pohon tinggi.
Oleh karenanya, orang-orang yang bertani dan mencari ikan, menjadi yang paling rentan tersambar petir.
Kampanye yang selama ini dilakukan, sejauh ini telah menurunkan angka kematian akibat sambaran petir di India hingga 60 persen di beberapa negara bagian.
"Tetapi kampanye pemerintah untuk membangun kesadaran berbasis masyarakat dan menjangkau orang yang benar-benar rentan di area pertanian, hutan, laut, pantai, kolam, danau, dan sungai masih kurang," kata penyelenggara kampanye tersebut, Kol Sanjay Srivastava.
Kilat adalah nyala cahaya yang menyertai proses terjadinya petir. Saat hujan deras atau lebat, petir dan kilat sering muncul dan menyambar pohon atau gedung-gedung pencakar langit.
Polusi udara dan aktivitas petir di India
Para ilmuwan mengatakan bahwa ancaman dari perubahan iklim telah menyebabkan aktivitas petir meningkat.
Suhu permukaan tanah dan laut yang meningkat membuat udara di atas lebih hangat, sehingga lebih banyak energi tersedia untuk mendorong badai petir.
Sebuah studi di Universitas California, Berkeley, menunjukkan, sambaran petir di AS berpotensi meningkat 12 persen untuk setiap derajat kenaikan suhu rata-rata.
Sedangkan di India, meningkatnya urbanisasi dan berkurangnya lahan hijau telah memicu kenaikan suhu.
"Pemanasan di darat, kelembapan di atas air, dan aerosol karena polusi udara menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi awan untuk memicu aktivitas petir. Seiring meningkatnya suhu dan polusi di India, sambaran petir juga akan meningkat," kata Direktur Dinamika Badai Petir di Institut Metereologi Tropis India.
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa intensitas petir meningkat. Baru-baru ini para ilmuwan mengonfirmasi rekor kilatan petir terpanjang, yakni hampir 805 km, di langit di tiga negara bagian AS.
Sementara itu, India menargetkan angka kematian akibat petir menurun menjadi 1.200 per tahun pada 2022.
Relawan pun melakukan sosialisasi untuk membangun kesadaran dan kesiagaan terhadap sambaran petir di India yakni dengan meminta orang-orang di desa untuk diam di dalam rumah dan menghindari pergi ke ladang saat badai hanya untuk menjemput ternak.
Orang-orang juga diminta untuk tidak berkumpul di bawah pohon, menjauh dari kabel listrik, dan pagar besi.
Berikut hal yang harus dilakukan saat petir menyambar:
Cari tempat perlindungan di dalam gedung atau mobil.
Menjauh dari ruang terbuka yang luas atau puncak bukit.
Jika tidak ada tempat berteduh, jongkok dengan kedua kaki rapat, tangan di lutut, dan kepala masuk ke dalam.
Jangan berlindung di bawah pohon.
Jika sedang berada di tempat berair, pergi ke pantai yang luas sesegera mungkin. [rin]