WahanaNews.co | Penyelidikan kasus pembunuhan Presiden Haiti, Jovenel Moise, mengarah ke kebingungan setelah Perdana Menteri (PM) Ariel Henry memecat jaksa yang memimpin penyelidikan kasus itu.
Pemecatan dilakukan setelah sang jaksa menuduh PM Henry terlibat dalam pembunuhan Moise.
Baca Juga:
Diperburuk Badai Tropis, Korban Tewas Gempa Haiti Capai 1.419
Seperti dilansir AFP, Rabu (15/9/2021), keputusan PM Henry memecat jaksa Bed-Ford Claude mengungkap perselisihan yang terjadi di kalangan pejabat tinggi Haiti sekitar dua bulan setelah Moise tewas dibunuh sekelompok pria bersenjata di kediamannya di ibu kota Port-au-Prince.
Pemecatan itu diumumkan PM Henry pada Selasa (14/9/2021) waktu setempat, tepatnya beberapa jam setelah jaksa Claude meminta hakim yang menyelidiki pembunuhan Moise untuk menjeratkan dakwaan terhadap sang PM yang diduga terlibat kasus itu.
"Dengan senang hati saya memberitahukan kepada Anda bahwa telah diputuskan untuk memberhentikan Anda dari jabatan," ucap PM Henry kepada jaksa Claude dalam surat yang kemudian dirilis secara publik.
Baca Juga:
Kasus Pembunuhan Presiden Haiti, Polisi Ringkus Kepala Paspampres
Henry ditunjuk menjadi PM Haiti oleh Moise beberapa hari sebelum dia dibunuh.
Dia dilantik setelah pembunuhan terjadi, dan bersumpah akan memperbaiki situasi keamanan negara yang mengerikan dan menggelar pemilu yang lama tertunda.
Haiti saat ini tidak memiliki Presiden dan parlemen yang berfungsi.
Namun jaksa Claude menuduh PM Henry terlibat, berdasarkan dugaan percakapan telepon antara sang PM dengan salah satu tersangka utama beberapa jam setelah pembunuhan Moise pada 7 Juli lalu.
"Ada elemen mencurigakan yang cukup yang membentuk keyakinan saya soal kelayakan menuntut Henry dan meminta dakwaan langsung terhadapnya," tulis jaksa Claude dalam surat resminya kepada pengadilan Port-au-Prince.
Dalam surat kedua, jaksa Claude juga meminta PM Henry dilarang meninggalkan Haiti “atas dugaan serius terkait pembunuhan Presiden Republik ini”.
Moise yang merupakan sosok kontroversial baik secara politik maupun publik, tewas dibunuh oleh sekelompok pria bersenjata yang menyusup masuk ke dalam kediamannya di Port-au-Prince.
Sejauh ini, sudah 44 orang --termasuk 18 warga Kolombia dan dua warga Amerika Serikat (AS) keturunan Haiti-- yang ditangkap terkait kasus pembunuhan itu.
Diketahui juga bahwa tidak ada satupun pengawal kepresidenan yang luka-luka dalam serangan pria bersenjata itu.
Kepolisian Haiti masih memburu seorang mantan pejabat bernama Joseph Felix Badio, yang sebelumnya bekerja pada unit anti-korupsi pada Kementerian Kehakiman Haiti.
Telepon genggam Badio terlacak ke area dekat kediaman Moise saat Badio menghubungi PM Henry dua kali pada pagi hari tanggal 7 Juli lalu, setelah Moise ditembak mati pria bersenjata.
Dalam suratnya kepada hakim setempat, Claude yang sebelumnya menjabat komisioner pemerintah di Port-au-Prince atau setara jaksa federal, menyebut percakapan telepon itu berlangsung selama 7 menit.
Dia juga menekankan bahwa seorang pejabat pemerintah bulan lalu menyatakan PM Henry mengklaim tidak pernah bicara dengan Badio.
Diketahui bahwa seorang PM tidak bisa diinterogasi penegak hukum kecuali mendapat izin Presiden.
Namun dengan tewasnya Moise, Haiti kini tidak punya Presiden.
Beberapa hari terakhir, sejumlah orang di lingkar dalam pemerintahan menyerukan PM Henry untuk mengundurkan diri. [dhn]