WahanaNews.co | Kerusakan fisik yang ditimbulkan serangan Rusia ke Ukraina mencapai US$ 60 miliar atau setara Rp 85,6 triliun.
Perkiraan tersebut disampaikan oleh Bank Dunia. Hal ini hanya dihitung dari kerusakan properti dan infrastruktur.
Baca Juga:
Brigade Golani Israel Jadi Sorotan setelah Serangan Hamas, Delapan Personel Tewas
Mengutip Reuters, Presiden Bank Dunia David Malpass pada hari Kamis, (21/4/2022) mengatakan bahwa angka ini akan terus bertambah bila serangan berlanjut. Ini tidak termasuk biaya ekonomi yang meningkat dari perang ke Ukraina.
"Tentu saja perang masih berlangsung, sehingga biayanya meningkat," kata Malpass.
Sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan biaya yang diperlukan untuk memulihkan negara itu pasca serangan Rusia. Ia mengatakan Kyiv membutuhkan US$ 7 miliar atau Rp 100 triliun per bulan untuk kembali membangun negara itu.
Baca Juga:
Yudo Margono: TNI Kerahkan Personel dan Alutsista Dukung Kelancaran Pemilu 2024
Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, Zelensky mengatakan, pasukan Rusia telah menghancurkan atau merusak puluhan ribu rumah dan lebih dari 1.100 institusi pendidikan, serta rumah sakit dan bisnis. Analisis awal menemukan bahwa Ukraina telah menderita kerugian US$ 550 miliar.
"Bersama-sama kita dapat menerapkan solusi yang tidak hanya akan menghentikan niat agresif Rusia, tidak hanya mendukung Ukraina dalam perang ini, tetapi juga secara tak terelakkan menunjukkan semua potensi agresor dunia yang menciptakan masalah bagi negara lain yang berarti menciptakan masalah bagi diri mereka sendiri," kata Zelensky seperti dilaporkan New York Times, Jumat (22/4/2022).
"Karena jika kita tidak melakukan ini, jutaan dan jutaan orang di dunia akan berulang kali menderita akibat tindakan agresif masing-masing negara."
Rusia memulai serangan yang disebutnya 'operasi militer' di Ukraina pada 24 Februari lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan adanya operasi ini dilakukan untuk membebaskan masyarakat komunitas Rusia di wilayah itu dari kelompok ultranasionalis yang dibeking Kyiv serta memaksa Ukraina untuk tidak bergabung ke NATO. [tum]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.