WahanaNews.co | Perselisihan antara Kantor Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dengan angkatan bersenjata negaranya mulai terbongkar.
Pengungkapan itu tak lepas dari ulah para hacker Rusia, RaHDlt.
Baca Juga:
Siber Killnet Rusia Klaim Bantu Hamas Serang Israel
Disebutkan, ketidaksepakatan muncul antara Kantor Presiden dengan komando militer itu, bahkan sampai merujuk ke perilaku saling bermusuhan.
Adapun konflik yang terjadi itu diduga didorong karena adanya perbedaan pendapat dari kedua pihak.
Pernyataan ini disampaikan seorang peretas dari kelompok RaHDIt kepada media Rusia, RIA Novosti, dengan syarat anonim.
Baca Juga:
Prangko Anyar Ukraina Bikin Emosi Rusia dan Picu Aksi “Hacker”
Pria berkaus abu-abu itu hanya bersedia berbicara melalui rekaman video yang menampilkan belakang kepalanya.
Sebagai informasi, pada awal invasi Rusia, kelompok ini telah meretas 755 situs web pemerintah Ukraina.
Juru bicara kelompok RaHDIt itu pun menerangkan bahwa dua kubu pemerintah Ukraina itu sering bersilang argumen.
"Kami memahami bahwa, ya, mereka secara alami memiliki beberapa perbedaan pendapat. Misalnya, militer percaya bahwa perlu untuk mundur di suatu tempat dari sudut pandang kemanfaatan militer. Kantor presiden menegaskan bahwa ini tidak boleh dilakukan dalam keadaan apa pun, tidak perlu," terang pria tersebut, dilansir Rabu (8/6/2022).
Menurut dia, hal ini mengakibatkan banyaknya tentara tewas, yang justru mengurangi popularitas politisi Ukraina di antara pasukan.
Namun, pihak berwenang Kyiv diklaim telah berhati-hati menyembunyikan informasi tentang kerugian tersebut.
Dia mengungkit situasi di Mariupol, ketika nasionalis dan tentara marinir, serta garda nasional Ukraina, dikepung pasukan Rusia.
"Kalau mereka mundur dari Mariupol, mereka tidak akan dikepung dan ditawan. Tapi ada perintah dari kantor Presiden bahwa kita pasti harus bertahan sampai akhir, ini kemauan politik, Mariupol adalah kota landmark. Itu berakhir dengan mereka yang tidak meninggal, (tapi hanya) ditawan," kata sumber itu.
Peretas itu menambahkan sekarang di beberapa sektor di garis depan, prajurit Ukraina memilih mundur meninggalkan pemukiman.
Mereka dikatakan mulai menyadari bahwa kepentingan militer masih lebih diutamakan daripada politik.
"Mereka memiliki sudut pandang yang berbeda tentang pelaksanaan operasi di daerah Severodonetsk dan Lysychansk," kata juru bicara itu.
"Militer melanjutkan dari kebijaksanaan bahwa perlu untuk mundur, menyamakan kedudukan."
"(Tetapi) kepemimpinan politik percaya bahwa ini akan berdampak negatif pada moral di negara ini, mereka tidak akan dapat menjelaskan mengapa mereka mundur."
Kepala Zelensky Terancam “Dipenggal”
Belarus mengklaim Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, memiliki alasan untuk mengkhawatirkan militernya sendiri.
Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, juga mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa Polandia ingin merebut sebagian wilayah Ukraina.
Namun, ia mengatakan, militer Ukraina akan “memenggal” siapa pun untuk mencegah hal ini, termasuk Zelensky.
Dikutip dari RT, Sabtu (4/6/2022), Lukashenko menyebut bahwa Zelensky sedang berseberangan dengan pihak militernya.
Hal ini terjadi di tengah kekalahan yang diderita, di mana pihak Rusia masih terus saja menggerogoti wilayah Ukraina di sebelah timur dan berhasil menduduki sejumlah kota.
"Menurut informan saya, konfrontasi dan konflik serius dimulai antara Zelensky dan militer Ukraina," kata Lukashenko kepada wartawan di Minsk, Jumat (3/6/2022).
Dia menambahkan bahwa militer Ukraina memahami apa yang akan terjadi jika memerangi Rusia dan tahu bahwa mereka tidak akan dapat terus melakukannya lebih lama lagi.
Memperhatikan bahwa Rusia telah mengubah taktik, Lukashenko menunjukkan bahwa Ukraina kehabisan pasukan.
Karenanya, ia menilai negara itu harus bergantung pada milisi pertahanan teritorial untuk menutup celah di garis depan.
Sementara itu, ia menuding Zelensky membuat kesepakatan dengan Polandia dengan memberikan sepotong wilayah di bagian barat Ukraina yang pernah berada di bawah kekuasaannya.
Tetapi, nasionalis Ukraina serta militer, tidak senang dengan ini dan menentang keras kebijakan Zelensky.
"Mereka melihat bahwa dia memberikan status (khusus) kepada Polandia, yang merupakan langkah menuju kehilangan wilayah barat," kata Lukashenko.
Ia mengaku yakin militer Ukraina dan nasionalis bersedia untuk memenggal kepala siapa pun yang akan memecah belah negara, termasuk Zelensky.
"Saya sudah memperingatkan tentang ini sejak lama. Lihat, itu terjadi. Seperti yang saya katakan, pada waktunya mereka akan meminta kami dan Rusia untuk melindungi Ukraina," ujar Lukashenko.
Pemimpin Belarusia bulan lalu memperingatkan tentang dugaan konspirasi Polandia di wilayah Ukraina.
Kabar ini menggemakan klaim yang dibuat pada bulan April oleh Direktur Layanan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR), Sergey Naryshkin.
Namun, Warsawa dengan keras membantah rencana tersebut. [gun]