WahanaNews.co | Sri Lanka kian kerepotan terjerat krisis. Selain utang yang begitu jumbo, rumah sakit pun membutuhkan bantuan dan kehabisan obat-obatan seperti di Rumah Sakit Anak Lady Ridgeway.
Fasilitas kesehatan terbesar di Sri Lanka ini mengungkapkan bahwa sudah kehabisan obat-obatan dan persediaan penting karena krisis ekonomi. Mereka takut munculnya bencana kesehatan jika bantuan internasional tidak segera datang.
Baca Juga:
Presiden Jokowi dan Presiden Wickremesinghe Bahas Peningkatan Kerja Sama Indonesia-Sri Lanka
"Hari demi hari semuanya habis. Jika kita sampai pada titik nol, maka saya tidak tahu apa yang akan terjadi," kata Dr Gnanasekaram, dikutip dari BBC Indonesia, Selasa (19/4/2022).
Sebagai sekretaris jenderal Asosiasi Spesialis Medis Sri Lanka, ahli bedah itu sibuk menyusun daftar obat-obatan yang hampir habis di rumah-rumah sakit di Ibu Kota Kolombo.
"Kami kekurangan obat-obatan, obat bius, implan, bahan jahitan. Kami hampir kehabisan stok. Layanan kesehatan akan kolaps kecuali ada bantuan segera," katanya.
Baca Juga:
Bakamla RI Terima Kunjungan Kehormatan DSCSC Sri Lanka
Para dokter mengaku rumah-rumah sakit mulai kehabisan obat dan kebutuhan penting lainnya. Jika persediaan tidak segera diisi ulang, dokter memperingatkan dampak yang mengerikan.
"Jika itu terjadi, mungkin ada situasi di mana kami tidak akan bisa menyelamatkan nyawa pasien," ujarnya.
Sri Lanka berada di tengah krisis ekonomi terburuk dalam sejarah. Negara ini mengimpor sekitar 85% dari pasokan medisnya. Tetapi dengan cadangan mata uang asing yang menipis, obat-obatan esensial sekarang sulit didapat.
Di kantornya di rumah sakit anak terbesar di Sri Lanka, Lady Ridgeway, direktur medis Dr Wijesuriya menunjukkan daftar obat-obatan esensial. Di sebelah nama obat, ada kolom yang menunjukkan ketersediaan.
Beberapa seperti atracurium yang digunakan untuk anestesi hanya memiliki stok tersisa dua bulan. Tetapi ketika saya memindai daftar itu lebih jauh, persediaan obat-obatan lain bahkan lebih sedikit.
Stok obat penghilang rasa sakit fentanyl hanya tinggal dua minggu lagi, sementara tiga jenis antibiotik sudah habis.
Untuk saat ini Dr Wijesuriya mengatakan dia mengelola kekurangan obat itu dengan sejumlah pengganti. Dia tetap optimistis bahwa pemerintah akan menemukan cara untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan pasien-pasiennya.
Namun para dokter di garis depan jauh dari perasaan optimistis. Banyak yang mengaku mereka telah diberitahu oleh pemerintah bahwa mereka tidak dapat berbicara secara terbuka kepada media tentang situasi terkini, hanya perwakilan serikat pekerja dan direktur rumah sakit yang berwenang untuk berbicara.
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Sri Lanka pada awalnya membantah bahwa obat-obatan sudah habis, bahkan ketika para dokter sudah melaporkan masalah tersebut.
Sehari kemudian Departemen Penerangan Pemerintah mengeluarkan koreksi, mengakui ada kekurangan beberapa obat dan peralatan medis.
Sejumlah dokumen yang dilihat oleh BBC, wawancara-wawancara dengan serikat medis dan kesaksian dari para dokter garis depan mengungkapkan bahwa rumah sakit di seluruh negeri sangat membutuhkan berbagai obat dan peralatan yang menyelamatkan jiwa pasien.
Staf medis mengatakan ahwa krisis pasokan itu telah memaksa mereka untuk menangguhkan operasi yang tidak penting, ada pula yang menggunakan kembali atau menjatah beberapa peralatan.
Dr Nishan (bukan nama sebenarnya) bekerja di sebuah rumah sakit kanker di provinsi Timur.
"Dalam waktu dua minggu, kami mungkin harus menghentikan sebagian besar operasi dan hanya melakukan bedah darurat," katanya.
"Mungkin ada saatnya kita bahkan terpaksa berhenti merawat pasien kanker," dia memperingatkan. [qnt]