WAHANANEWS.CO, Jakarta - CEO ChatGPT, Sam Altman, digugat oleh saudara perempuannya, Ann Altman, yang menuduhnya melakukan pelecehan seksual terhadapnya antara tahun 1997 dan 2006.
Gugatan ini diajukan di Pengadilan Distrik AS di Distrik Timur Missouri, dengan klaim bahwa pelecehan tersebut terjadi di rumah keluarga Altman di Clayton, Missouri.
Baca Juga:
Turis China Jadi Korban Pelecehan di Bali, Nama Pulau Dewata Tercemar
Ann menyatakan bahwa pelecehan dimulai ketika ia berusia tiga tahun dan Sam berusia 12 tahun, serta berlanjut hingga Sam dewasa.
Gugatan itu mengklaim bahwa tindakan pelecehan terjadi beberapa kali dalam seminggu.
Akibat pelecehan tersebut, Ann mengaku mengalami tekanan emosional yang parah, penderitaan mental, dan depresi yang diperkirakan akan terus berlanjut di masa depan.
Baca Juga:
Kasus Pelecehan Seksual, 16 Pengacara Bela Agus Difabel
Ann pernah membuat tuduhan serupa terhadap Sam sebelumnya melalui media sosial seperti X, namun ini adalah pertama kalinya ia membawanya ke pengadilan.
Gugatan ini menuntut agar pengadilan menggelar persidangan dengan juri dan ganti rugi hingga USD 75.000.
Sam dan keluarganya membantah tuduhan tersebut. Dalam pernyataan bersama yang diunggah di X, Sam bersama ibunya, Connie, dan dua saudaranya, Jack dan Max, menyatakan bahwa gugatan itu tidak benar.
"Annie telah membuat pernyataan yang sangat menyakitkan dan tidak benar tentang keluarga kami, dan khususnya Sam," kata pernyataan tersebut, seperti dikutip dari CNBC.
"Kami memilih untuk tidak menanggapi secara terbuka, demi menghormati privasinya dan privasi kami sendiri. Namun, ia kini mengambil langkah hukum terhadap Sam, dan kami merasa tidak punya pilihan selain menanggapi hal ini," lanjut mereka.
Keluarga Altman juga menambahkan bahwa Ann sering membuat klaim yang menyeret anggota keluarga selama bertahun-tahun sambil menuntut uang dari mereka.
Mereka menyatakan khawatir dengan kondisi kesehatan mental Ann yang telah berlangsung lama.
Anggota keluarga Altman mengatakan bahwa mereka telah menawarkan dukungan finansial kepada Ann, membantunya mencari pekerjaan, dan memintanya untuk menerima bantuan medis, namun ia selalu menolak pengobatan konvensional.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]