WahanaNews.co | Ukraina menyebut Perang Dunia III telah dimulai sejak agresi Rusia ke negaranya berlangsung.
Kyiv meyakini Perang Dunia III ini dipicu akibat misinformasi dalam konflik Rusia-Ukraina.
Baca Juga:
Lithuania Bikin Rusia Emosi, Perang Dunia Kian Dekat
Kyiv menuding Rusia telah menyebarkan informasi yang salah ke media dan media sosial untuk membenarkan dalih menginvasi Ukraina dengan embel-embel "operasi militer khusus".
Salah satu alasan yang diklaim Presiden Vladimir Putin melancarkan operasi militernya itu adalah untuk menghentikan genosida di Ukraina dan denazifikasi negara itu.
"Saya percaya kita telah masuk ke Perang Dunia III, bukan konflik konvensional tetapi perang informasi," kata Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina, Emine Dzhaparova dalam Forum Doha pada Sabtu (26/3), dikutip dari AFP.
Baca Juga:
PBB Desak Rusia Akhiri Perang di Ukraina
"Ini seperti radiasi, Anda tidak merasakannya, Anda tidak menyentuhnya, tetapi itu memengaruhi Anda," lanjutnya.
Dzhaparova mengatakan, perang narasi dengan Rusia ini membuat Ukraina semakin bertekad untuk mempertahankan diri.
Dzhaparova juga menyoroti masalah yang lebih besar, yakni meyakinkan warga Rusia dan negara lain.
Ia menilai kampanye misinformasi yang dilakukan Rusia semakin efektif sejak negara itu mencaplok Semenanjung Crimea dari Ukraina delapan tahun lalu.
Selain itu, Dzhaparova menuturkan Kremlin terus menggunakan media sosial, olahragawan, dan musisi populer untuk menyebarkan informasi versi mereka ke dunia.
"Rusia sangat inventif di bidang ini," katanya.
"Senjata terbaik adalah kebenaran. Namun ada jutaan warga Rusia yang memilih tidak ingin percaya. Saat Anda menunjukkan fakta, itu saja tidak cukup," tutur Dzhaparova lagi.
Dalam mengatasi masalah tersebut, mantan eksekutif Facebook, Elizabeth Joanna Linder, menilai perusahaan teknologi besar kini berupaya menangkal misinformasi di negara lain, menurunkan lebih banyak konten, dan mengurangi dampak algoritma dalam mengelola konten.
Namun, Linder mengatakan bahwa lebih banyak hal yang masih perlu dilakukan.
Sementara itu, pengamat perilaku di RAND Corporation, Todd Helmus, menilai invasi Rusia saat ini mendapatkan perhatian dari kelompok sayap kanan di Amerika Serikat dan Eropa.
"Sisi kanan terjauh Amerika menggemakan pesan Rusia, dan Kremlin menggemakan [pandangan] sisi kanan terjauh Amerika," kata Helmus.
"Kita harus menemukan berbagai cara untuk memasukkan informasi ke ruang lingkup Rusia," lanjutnya.
Rusia merupakan salah satu negara yang membatasi peredaran informasi ke masyarakatnya.
Pembatasan ini semakin meningkat kala negara itu memutuskan menginvasi Ukraina. [bay]