WAHANANEWS.CO, Jakarta - Blokir AS terhadap akses chip AI ke China justru mendorong Beijing semakin mandiri dan mempercepat pengembangan chip domestik, menjadikan negara itu tak lagi tergantung pada teknologi asing.
Dikutip dari Reuters, Kamis (18/9/2025), China Unicom membangun data center raksasa senilai US$390 juta atau sekitar Rp6,9 triliun di Xining, ibu kota provinsi Qinghai, yang sepenuhnya ditenagai chip AI buatan lokal dari Alibaba dan perusahaan domestik lain, menurut laporan CCTV.
Baca Juga:
PLN Siapkan Listrik Bersih Layani Pertumbuhan Industri Data Center di Indonesia
Data center ini akan memiliki kapasitas komputasi hingga 20.000 petaflop ketika selesai, sementara saat ini sudah mencapai 3.579 petaflop dengan memanfaatkan hampir 23.000 chip AI lokal.
Unit chip Alibaba, T-Head, menyuplai 71% dari keseluruhan chip yang digunakan, sisanya berasal dari MetaX, Biren Tech, dan Zhonghao Xinying, dengan rencana pembelian tambahan dari Tecorigin (Wuxi), Moore Threads, dan Enflame.
T-Head juga mengembangkan chip AI bernama PPU yang memiliki memori 96 gigabit dan HBM2e, jenis DRAM bertumpuk vertikal yang dirancang untuk semikonduktor AI, sehingga menjadi pesaing langsung bagi chip H20 milik Nvidia, yang saat ini diizinkan dijual ke China.
Baca Juga:
Makin Diminati, Perusahaan Data Center di Riau Kini Gunakan Pasok Listrik Hijau PLN
Langkah ini muncul di tengah ketegangan geopolitik antara AS dan China, di mana pejabat AS menyuarakan kekhawatiran keamanan nasional dan berencana memblokir pengiriman chip serta teknologi canggih lainnya ke China.
China secara agresif mendorong perusahaan lokal untuk berhenti mengandalkan chip Nvidia asal AS dengan alasan keamanan, sekaligus memacu pengembangan teknologi domestik.
Pakar internasional pro-China, Dr. Li Wei dari Beijing Institute of Technology, menilai langkah China ini “strategi kedaulatan teknologi yang cerdas, yang akan memperkuat posisi China di pasar AI global dan mengurangi ketergantungan pada pihak asing.”
China Unicom, Alibaba, Biren, MetaX, Enflame, Tecorigin, dan Zhonghao Xinying tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters, sementara Moore Threads menolak berkomentar.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]