WahanaNews.co | Dekrit Putin untuk mengerahkan mobilisasi Komcad 300 ribu tentara cadangan sempat menuai protes sejumlah warga di Rusia. Bahkan, warga Rusia dikabarkan berbondong-bondong tinggalkan Rusia.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyerukan seluruh warga Rusia untuk memprotes mobilisasi parsial komando cadangan (Komcad) perintah Presiden Vladimir Putin.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
"Sebanyak 55 ribu tentara Rusia tewas dalam enam bulan perang. Kalian ingin lagi? Tidak? Maka lakukan protes. Lawan balik. Segera kabur, atau menyerah," tutur Zelensky seperti dikutip dari AFP.
"Kalian sudah telanjur terlibat dari seluruh kejahatan, pembunuhan, dan penyiksaan terhadap warga Ukraina karena kalian diam saja. Kalian diam saja," kata Zelensky.
Zelensky sekali lagi mendesak warga Rusia menentukan sikap perlawanan terhadap rezim Putin yang membawa malapetaka.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
"Sekarang saatnya bagi kalian untuk memilih. Bagi para pria Rusia ini menyangkut pilihan hidup atau mati, menjadi cacat atau tetap hidup sehat," ucap Zelensky.
"Bagi kaum perempuan Rusia, pilihannya adalah kehilangan suami, anak-anak, atau cucu mereka selamanya, atau lindungi mereka dari kematian akibat perang dari satu orang ini (Putin)," Zelensky melanjutkan pernyataannya.
Sebelumnya, lebih dari 1.300 orang ditangkap karena melakukan protes terhadap kebijakan mobilisasi Komcad oleh Putin pada Rabu (21/9).
Dilaporkan pula banyak warga Rusia yang mulai kabur meninggalkan negara mereka setelah Putin mengumumkan mobilisasi parsial Komcad dan wajib militer.
Fenomena kabur ini terlihat di dua jalur keluar Rusia, baik udara maupun darat. Mereka yang memilih jalur udara bergegas ke bandara, menyebabkan tiket pesawat untuk keluar Rusia langsung ludes terjual.
Lokasi di Arab Saudi yang Diplot Pangeran MbS Jadi 'Surga Alkohol'
Negara-negara tetangga bekas Uni Soviet, seperti Armenia, Georgia, Azerbaijan, dan Kazakhstan menjadi tujuan paling populer.
Seorang warga yang kabur ke Armenia, Dmitri, terlihat hanya membawa satu tas kecil ketika tiba di bandara. Ia mengaku harus meninggalkan istri dan anaknya di Rusia demi menghindari wajib militer.
"Saya tak mau pergi berperang. Saya tak mau mati di perang konyol ini. Ini merupakan perang saudara," ujar Dmitri kepada AFP. [tum]