WahanaNews.co | Sebanyak 1.052 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) direvitalisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Papua Barat untuk menangani stunting dan kemiskinan ekstrem di daerah tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat Otto Parorongan menyebutkan di seluruh Provinsi Papua Barat tercatat ada 1.052 Posyandu, namun beberapa diantaranya tidak aktif dalam pelayanan kepada masyarakat.
Baca Juga:
Pemkab Buol Tingkatkan Layanan Kesehatan Lewat Pengelolaan Posyandu di Sulawesi Tengah
"Dari jumlah tersebut, ada yang tidak aktif, karena berbagai alasan, seperti minimnya kader penggerak Posyandu, sehingga gubernur memerintahkan agar di revitalisasi atau diaktifkan kembali," kata Otto Parorongan di Manokwari, Sabtu (06/05/2023).
Selain itu, secara keseluruhan pada pelayanan Posyandu juga dilakukan penambahan layanan bagi keluarga miskin ekstrem dan keluarga berisiko stunting untuk mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).
Dalam pelaksanaannya kader Posyandu berperan dalam pengawasan dan pengelola anggaran tambahan gizi nontunai yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Baca Juga:
558 Posyandu di Aceh Timur Aktif Layani Kesehatan Ibu, Anak, dan Lansia
"Dalam pembinaan Posyandu bukan hanya peran PKK dan Dharma Wanita, namun semua pihak bisa berperan baik perusahaan melalui CSR-nya, bisa juga organisasi dan lembaga," kata dia.
Data terakhir, persentase penduduk miskin ekstrem di Papua Barat pada tahun 2021 sebesar 9,64 persen dan pada tahun 2022 turun menjadi 8,35 persen.
Meski mengalami penurunan sebesar 1,29 persen, masih di bawah rata-rata nasional.
Selanjutnya, kondisi stunting di Papua Barat masih terdapat empat kabupaten dengan kondisi angka stunting naik, yaitu Kabupaten Pegunungan Arfak sebesar 11,4 persen, Kabupaten Manokwari sebesar 9,7 persen, Kabupaten Fakfak sebesar 3,00 persen, dan Kabupaten Kaimana sebesar 0,7 persen. [Tio/Ant]