WahanaNews.co | Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat persentase imunisasi anak mengalami penurunan semenjak pandemi Covid-19 di sepanjang 2021.
Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, cakupan vaksinasi nasional sepanjang 2021 tak mencapai 60 persen.
Baca Juga:
Vaksin DBD jadi Program Vaksinasi Nasional? Begini Tanggapan Kemenkes
Kondisi ini dinilai sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kejadian luar biasa dengan meningkatkan risiko penyakit yang bisa menyebabkan kecacatan atau meninggal dunia.
Menurut Piprim, imunisasi dasar untuk anak tetap harus didapatkan di tengah vaksinasi Covid-19 yang digalakkan pemerintah.
"Imunisasi dasar jangan sampai dilupakan karena memburu vaksinasi Covid-19. Karena ketika imunisasi itu sudah menjadi program pemerintah, maka biasanya yang dicegah penyakit yang bisa menyebabkan kecacatan atau meninggal," kata Piprim dalam webinar IDAI, Senin (29/11/2021).
Baca Juga:
Genjot Imunisasi Anak, Kemenkes Minta Nakes Tak Ragu Imunisasi Ganda
Piprim menjelaskan meski berbahaya, risiko anak meninggal karena Covid-19 tergolong rendah apalagi jika anak tak memiliki penyakit penyerta.
Sementara, infeksi akibat virus yang seharusnya ditangkal dengan imunisasi malah mengancam jiwa anak.
"Kalau dibandingkan (dengan Covid-19), difteri, campak, polio ini lebih berbahaya. Walaupun mungkin penularannya tidak seheboh Covid-19. Tapi kalau kita hanya sibuk konsentrasi pada vaksinasi Covid-19 ini justru bisa menimbulkan KLB lain yang sebetulnya sudah bisa dikendalikan," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Piprim juga tak menampik turunnya cakupan imunisasi ini terjadi karena banyak yang takut dengan Covid-19 dan memilih tak keluar rumah.
Faktor lainnya juga karena ada yang anti vaksin dan juga layanan imunisasi yang tutup selama pandemi.
Tapi, hal itu kata Piprim sebenarnya tak bisa menjadi alasan anak-anak tak mendapat imunisasi. Anak tetap masih bisa diberi suntikan imunisasi meski terlambat dari jadwal atau usianya.
"Tidak usah khawatir kalau telat karena tetap bisa dilakukan, makanya dokter yang bukan dokter anak harus dukung program imunisasi meski telat," kata dia. [rin]