WahanaNews.co | Ahli Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkapkan cacar monyet berpotensi tinggi masuk Indonesia.
Pasalnya, Indonesia punya penerbangan langsung ke beberapa negara yang melaporkan kasus cacar monyet.
Baca Juga:
Meski Sudah Vaksin, Masyarakat Waspadai Covid-10 Varian Arcturus
Sementara, potensi cacar monyet masuk dari negara-negara yang melaporkan kasus sangat besar. Selain itu, hewan membawa virus pun ada di Indonesia. Artinya, potensi penyakit cacar monyet ditemukan di Indonesia semakin besar kemungkinannya.
"Jadi, kalau ditanya apakah Indonesia berpotensi melaporkan kasus cacar monyet, bisa saya jawab sangat tinggi potensinya. Terlebih, masa inkubasi penyakit ini yang cenderung lama yaitu 3 minggu sehingga potensi seseorang membawa virus tanpa disadari pun semakin besar," kata Dicky, Senin (23/5/2022).
Dengan risiko tersebut, Dicky meminta pemerintah agar memperkuat deteksi dini di pintu masuk negara yang melaporkan kasus cacar monyet atau negara endemi virus cacar monyet.
Baca Juga:
Korban Keracunan Obat Muncul Lagi, Epidemiolog: BPOM Harus Bertindak
"Deteksi dini ini bisa berupa pengecekan suhu dan gejala lainnya, serta kalau memungkinkan pengecekan vaksin smallpox yang mana hampir seluruh dunia sudah memilikinya," jelas Dicky.
"Jadi, saat di pintu masuk, orang dari negara yang melaporkan kasus monkeypox atau cacar monyet bisa ditanya apakah sudah menerima vaksin smallpox atau belum," tambahnya.
Dicky pun berharap agar aplikasi PeduliLindungi semakin berkembang dengan menyajikan data soal vaksin smallpox. Ini agar memastikan data apakah individu sudah menerima vaksin cacar atau belum.
"Data yang ada sejauh ini mengungkapkan bahwa vaksin smallpox atau vaksin cacar cukup efektif menghalau cacar monyet. Dengan begitu, data vaksin smallpox diperlukan untuk bisa ditambahkan di PeduliLindungi," saran Dicky.
Selain itu, masyarakat diimbau menjalankan protokol kesehatan dengan baik. Kebiasaan yang sudah dibentuk karena pandemi Covid-19 seharusnya terus dijalankan karena itu bermanfaat untuk semua penyakit menular.
"Pakai masker, jaga jarak, jauhi kerumunan, tidak sharing alat makan atau makanan dan minuman, dan menjauhi orang yang sakit adalah kebiasaan yang sudah terlatih sejak pandemi dan itu harus dipertahankan," ujar Dicky.
Bagi mereka yang sakit disarankan untuk tidak berkeliaran. Dicky mengimbau masyarakat yang tengah sakit ditangani oleh tenaga medis dan ditempatkan di tempat yang berbeda dengan yang sehat.
"Ingat, ketika ada masalah ruam di kulit dengan pembengkakan kelenjar getah bening, maka isolasi diri. Sama seperti Covid-19 kemarin. Tapi, untuk cacar monyet, ini sudah ada vaksin dan antiviralnya, sehingga pengobatan bisa lebih terkendali," tutup Dicky. [rin]