WahanaNews.co | Walaupun jadi salah satu bagian organ yang vital, sayangnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya kesehatan mulut dan gigi masih tergolong rendah.
Berdasarkan data Riskesdas 2018 mencatat, proporsi masalah gigi dan mulut sebesar 57,6 persen dan yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi hanya 10,2 persen.
Baca Juga:
Efek Buruk Pasta Gigi Mengandung Arang
Disampaikan drg. Yeni Yuliani, Pengurus Wilayah PDGI Jakarta, salah satu faktor pemicunya adalah mindset ke dokter gigi jika sudah merasakan sakit. Ketika nyeri dirasa mereda, maka urung untuk melakukan pemeriksaan ke dokter gigi.
“Pasien datang di saat skala nyeri yang meningkat. Jadi itu ya, yang masih sebatas itu pemahaman masyarakat,” ujar drg. Yeni Yuliani kala ditemui dalam konferensi pers di Jakarta baru-baru ini.
Sebagai dokter, ia mengimbau masyarakat untuk melakukan pemeriksaan gigi secara berkala yakni setiap enam bulan sekali. Tak hanya berlaku pada anak-anak, tapi juga orang dewasa terutama orang dengan penyakit diabetes.
Baca Juga:
Kabar Baik, Bahan Penumbuh Gigi Segera Diuji Coba pada Manusia
Pada pengidap diabetes, drg. Yeni mengungkapkan, sering ditemukan kasus gigi yang sudah goyang tapi tanpa kerusakan alias perburukannya terjadi tiba-tiba.
“Masalah gigi bagi orang diabetes biasanya yang paling sering itu, gigi goyang tanpa kerusakan, jadi tiba-tiba,” terangnya.
Mengkhawatirkannya, gigi goyang tanpa kerusakan pada pengidap diabetes ini, nyatanya bukan hanya satu bagian gigi saja tapi semua area.