WahanaNews.co | Bahaya mikroplastik seringkali tidak kita sadari. Tentu saja karena kehadiran plastik ini di dalam makanan – atau kosmetik – tidak banyak diketahui, karena bentuknya yang sangat kecil. Itulah mengapa jenis plastik ini disebut sebagai mikroplastik.
Plastik memang sulit dilepaskan dari kehidupan manusia. Anda dapat menemukannya dengan mudah di rumah, swalayan, pasar, rumah makan, dan tempat-tempat lainnya.
Baca Juga:
Bahaya Mikroplastik Jika Masuk ke dalam Tubuh Anak
Wujudnya sendiri dapat berupa kantong keresek, sedotan, kemasan makanan dan minuman, bahan mainan dan alat elektronik, hingga pakaian yang berbahan nilon atau sintetik. Mudahnya, produk apa pun yang mengandung polimer bisa disebut sebagai plastik.
Anda mungkin sudah tahu kalau material plastik sangat tahan lama dan sulit terurai. Sekalipun dikatakan terbuat dari bahan alami yang mudah terurai, komponen plastiknya akan tetap ada.
Seiring dengan berjalannya waktu, hasil uraian plastik tersebut akan pecah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Inilah yang kemudian disebut sebagai mikroplastik.
Baca Juga:
Kontaminasi Mikroplastik di Sungai Babel Tertinggi Nomor Empat
Apa itu mikroplastik?
Mikroplastik adalah partikel plastik yang ukuran diameternya kurang dari 5 milimeter. Bahkan, ditemukan pula yang ukurannya sekecil 10 nanometer atau 0,00001 milimeter.
Semakin kecil ukurannya, mikroplastik akan semakin mudah diserap tubuh dan semakin besar peluangnya untuk memicu kerusakan jaringan. Para pakar pun setuju bahwa keberadaannya dapat mengganggu ekosistem lingkungan dan membahayakan kesehatan Anda.
Meski sebagian besar mikroplastik berasal dari penguraian plastik dengan ukuran yang lebih besar, tapi ada pula yang memang diproduksi dalam ukuran kecil, seperti microbeads yang ditambahkan ke dalam pasta gigi dan sabun pencuci wajah. Partikel ini juga ada di dalam serat-serat pakaian yang berbahan sintetik seperti nilon.
Mikroplastik di lingkungan dan makanan
Saat ini, pencemaran plastik di dunia telah mencapai tingkat epidemi dengan sampah plastik terbanyak berada di sungai dan lautan. Setiap tahunnya, ada sekitar 8,8 juta ton sampah plastik yang memasuki lautan.
Sebanyak 276.000 ton di antaranya mengambang di laut, sedangkan sisanya tenggelam atau terdampar ke daratan.
Mikroplastik di lingkungan juga terdapat di dalam udara yang dihirup dan sistem pengolahan air limbah rumah tangga. Umumnya, hal itu berasal dari benang atau serat kain yang terlepas dari pakaian berbahan sintetik.
Selain di lingkungan, mikroplastik juga dapat ditemukan dalam makanan dan minuman yang Anda konsumsi sehari-hari.
Dalam satu studi terkini yang memeriksa 15 merek garam laut berbeda, ditemukan hingga 600 partikel mikroplastik per kilogram. Studi lain menemukan hingga 660 serat mikroplastik per kilogram pada madu dan 109 fragmen mikroplastik di dalam per liter bir.
Namun, konsentrasi tertinggi mikroplastik berada di dalam makanan laut seperti kerang dan ikan-ikan laut. Mengingat banyaknya sampah plastik di lautan, maka tak mengherankan bila kandungan di dalam ikan dan organisme laut lainnya turut terpengaruh.
Konsumsi mikroplastik pada manusia
Hingga kini, sudah ada dua studi yang menyoroti konsumsi mikroplastik pada manusia, yaitu:
Studi pertama dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Newcastle, Australia dengan dukungan World Wildlife Fund. Dari telaah 52 studi tentang konsumsi mikroplastik pada manusia, mereka menemukan bahwa manusia berisiko menelan sekitar 5 gram plastik per minggu atau setara dengan 1 buah kartu kredit.
Studi kedua, yang dimuat dalam jurnal Environmental Science and Technology, menemukan bahwa orang Amerika Serikat mengonsumsi kurang lebih 39.000 sampai 52.000 partikel mikroplastik per tahun dari seafood, air minum, gula, garam, dan alkohol.
Ditemukan juga bahwa orang-orang yang kerap mengonsumsi air minum kemasan, rata-rata menelan 90.000 partikel mikroplastik per tahun lebih banyak daripada mereka yang mengonsumsi air ledeng.
Meski demikian, kemungkinan besar jumlah aktual konsumsi mikroplastik pada manusia lebih tinggi lagi. Sebab, mikroplastik tak hanya bersumber dari bahan-bahan yang disebutkan di atas.
Bahaya mikroplastik bagi kesehatan
Studi-studi pendahulu pada hewan percobaan telah menunjukkan bahwa bahan kimia dalam produk plastik mungkin berbahaya bagi kesehatan. Namun, efeknya pada manusia masih belum. Hingga kini pun, masih sangat sedikit studi-studi yang meneliti efek mikroplastik pada kesehatan manusia.
Walau demikian, ada baiknya Anda tetap waspada dan membatasi paparan terhadap beberapa bahan dasar pembuat plastik yang telah diketahui memiliki efek toksik atau beracun, yaitu:
1. Bisphenol A (BPA)
Ini adalah jenis plastik yang keras dan transparan. Beberapa studi pada binatang dan manusia menunjukkan bahwa paparan terhadap BPA dapat mengganggu aktivitas hormon-hormon dan sistem kekebalan tubuh.
Diketahui juga bahwa jenis ini bisa meningkatkan risiko cacat bawaan lahir, penyakit metabolik, dan gangguan kesehatan lainnya.
2. Ptalat (phthalate)
Ini adalah bahan yang membuat plastik jadi lebih lentur atau elastis. Hasil studi mendapati bahwa paparan ptalat pada ibu hamil dapat menurunkan kadar hormon testosteron pada janin laki-laki.
Akibatnya, janin lebih berisiko terlahir dengan testis (buah zakar) yang belum sepenuhnya turun dan penis yang kecil. Jarak antara anus dengan alat kelamin juga cenderung lebih pendek. Semua hal ini dihubungkan dengan meningkatnya peluang gangguan kesuburan di kemudian hari.
Selain kedua bahan tersebut, ada pula bahan kimia berbahaya lain yang kerap ditambahkan ke dalam plastik. Misalnya, zat pewarna yang kerap mengandung logam berat atau bahan beracun lainnya, serta zat antiapi dan antikuman.
Meski bahaya mikroplastik pada kesehatan masih kontroversial, tak ada salahnya untuk mulai mengurangi penggunaan plastik.
Apalagi pada 2018, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan sampah plastik terbanyak setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Jadi, bisa dikatakan bahwa ancaman bahaya mikroplastik ini nyata.
Anda bisa memulainya dengan membatasi penggunaan kemasan makanan atau kantong belanja dari plastik. Begitu juga dengan penggunaan air minum kemasan, serta sebisa mungkin gunakan pakaian yang berbahan katun karena tidak akan melepaskan partikel mikroplastik.
Setelah menyimak paparan di atas, Anda bisa lebih mewaspadai bahaya mikroplastik bagi kesehatan. Dengan mengikuti saran-saran di atas, Anda telah membantu mengurangi jumlah pencemaran mikroplastik di lingkungan. Selain itu, Anda pun dapat menurunkan risiko bahaya mikroplastik bagi kesehatan. [qnt]