WahanaNews.co | Menteri
Kesehatan Budi Gunadi Sadikin diketahui tak memiliki latar belakang di bidang kesehatan
dan kedokteran. Hal itu terungkap saat Menkes Budi hadir dalam rapat kerja dan
rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi IX DPR RI, Selasa (12/1/2021).
Baca Juga:
Soal PDIP Tolak Rencana Penghapusan Istilah Orde Lama, Fadli Zon Angkat Suara
Budi rupanya merupakan lulusan jurusan Fisika Nuklir di
Institut Teknologi Bandung (ITB). Hal itu pun membuat bingung anggota Komisi IX
dari Fraksi PDIP Ribka Tjiptaning. Ia juga sempat mengkritik strategi Budi
untuk mengatasi ketersediaan tenaga kesehatan yang menangani pandemi Covid-19.
"Saya pengin tahu politik kesehatan ke depannya apa
atau pengin jadi menteri kesehatan ini Jokowi hanya untuk selama menangani
vaksin aja, tidak kan? kata Ribka dikutip melalui YouTube DPR RI, Selasa.
Ribka mengutarakan kebingungannya dengan Presiden Joko
Widodo atau Jokowi yang memilih menteri kesehatan tanpa memiliki latar belakang
kesehatan. Pasalnya, Budi merupakan mantan Wakil Menteri BUMN dan lulusan
jurusan Fisika Nuklir di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Baca Juga:
Penyadapan Kasus Kemendag Buka Fakta Baru Dugaan Suap Harun Masiku
"Mangkanya saya agak heran menteri kesehatan bukan dari
dokter padahal saya pikir-pikir kalau secara eselon sudah banyak juga,"
ujarnya.
"Tiba-tiba yang latar belakang ahli nuklir, apa ini mau
dibom semua ini Covidnya? Cara penanganannya? Latar belakangnya ekonomi terus
tadi pernah jadi wamen BUMN, masalah dagang-dagang," seloroh Ribka
mengundang tawa audiens.
Dalam kesempatan tersebut, Ribka juga sempat menyinggung
soal strategi Budi untuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan (nakes) sebagai
garda terdepan Covid-19. Sebelumnya, Budi memaparkan bahwa siswa yang baru lulus
tidak perlu mengambil sertifikat tanda registrasi agar bisa langsung bekerja
menjadi nakes Covid-19. Dengan begitu, menurutnya bisa mengurangi tekanan
nakes-nakes yang sudah kelelahan.
Namun, menurut Ribka permasalahan utamanya adalah bukan
perihal surat tanda registrasi (STR) namun birokrasi untuk para dokter. Kata
dia, ada 5 ribu lulusan kedokteran yang belum juga mendapatkan pekerjaan.
"Sebetulnya bukan bednya yang kurang, (tapi) SDM. Kita
bisa bukakan ruang isolasi tapi mesti narik dulu perawat darimana terus
direktur RSCM juga (mengatakan hal yang) sama, tarik perawatnya pada tumbang.
Terus untuk apa itu 5.000 dokter itu lagi nunggu UKDI, internship,"
tuturnya. [dhn]