WahanaNews.co | Regulator Obat Pemerintahan China menyetujui penggunaan darurat obat khusus untuk melawan penyebaran Covid-19 varian Omicron dan mengurangi pasien rawat inap dan risiko kematian.
Regulator obat itu mengatakan telah mengizinkan, "persetujuan darurat" untuk terapi antibodi monoklonal, demikian dikutip dari AFP.
Baca Juga:
WHO Kaji Potensi Obat Tradisional China untuk Pengobatan Covid-19
Antibodi monoklonal merupakan jenis protein yang menempel pada lonjakan protein Covid-19, yang bisa mengurangi virus saat memasuki sel-sel dalam tubuh.
Menurut regulator obat itu, perawatan tersebut termasuk kombinasi dua obat yang disuntikkan ke dalam tubuh, dan bisa digunakan mengobati kasus-kasus tertentu yang berisiko menjadi lebih parah.
Perawatan itu dikembangkan oleh Universitas Tsinghua, Rumah Sakit Third People dari Shenzhen dan Brii Biosciences.
Baca Juga:
Pasien Isoman Wajib Tahu! Berikut Daftar Obat Covid-19 dan Fungsinya
Dari hasil uji coba menunjukkan sekitar 80 persen terapi kombinasi bisa mengurangi risiko pasien rawat inap dan pasien yang berisiko tinggi meninggal dunia.
November lalu, media pemerintah melaporkan telah menggunakan metode perawatan itu untuk pasien Covid-19 saat kasus melonjak.
Langkah itu muncul usai para regulator obat di dunia memberi lampu hijau untuk perawatan pasien Covid-19 di tengah munculnya varian Omicron.
Selain China, Inggris telah lebih dulu menyetujui perawatan antibodi monoklonal untuk pasien Covid-19.
Otoritas Kesehatan Uni Eropa juga mengizinkan obat pil untuk penggunaan darurat. Hal itu termasuk pengobatan antivirus yang mengurangi kapasitas virus bereproduksi di dalam tubuh, dan memperlambat perkembangan penyakit.
Sementara itu, pil lebih mudah digunakan, dan disebut paling efektif sebagai perawatan pasien Covid-19 termasuk antibodi monoklonal.
Sebelum menyetujui pengobatan bagi pasien Covid-19, China sudah berulang kali menyetujui vaksin. Namun, tingkat efektivitas vaksin mereka tertinggal dibanding negara lain.
Sebuah studi dari Universitas Hong Kong, China, menemukan orang yang sudah diinokulasi menggunakan BioNTech memiliki tingkat antibodi yang lebih tinggi dibanding mereka yang disuntik vaksin Sinovac.
Meski demikian, studi itu juga mengungkap respons sel T atau limfosit, tetap kuat untuk pengguna Sinovac. [rin]