WahanaNews.co | Banyak
orang masih belum menemukan alasan yang jelas untuk penyintas Covid-19 yang
disarankan baru bisa menerima vaksinasi setelah 3 bulan sembuh total dari
penyakit Covid-19.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Hal ini dijelaskan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam (PAPDI). PAPDI merekomendasikan bahwa penyintas COVID-19 boleh diberikan
vaksin Corona. Namun, dengan catatan, sudah sembuh minimal 3 bulan dari infeksi
virus Corona.
Menurut Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP),
vaksin COVID-19 telah terbukti aman untuk diberikan kepada orang yang pernah
terinfeksi COVID-19, baik yang bergejala maupun tanpa gejala.
Praktis kesehatan dr Andi Khomeini Takdir, SpPD mengatakan
bahwa rentang waktu 3 bulan itu diberikan agar penyintas COVID-19 benar-benar sembuh
total. Sehingga dapat diketahui apakah tubuhnya sudah layak menerima vaksin
atau belum.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
"Kedua, antibodi pasca seseorang terinfeksi itu
bertahan sekitar 3 bulan. Bahkan ada antibodi yang sudah turun sebelum 3 bulan.
Beberapa pasien saya antibodinya sudah turun 2-3 minggu setelah sembuh,"
kata dr Koko, sapaannya, Jumat (20/8/2021).
Menurut dokter yang bekerja sebagi relawan di RSDC Wisma
Atlet, Jakarta, dilihat dari sudut pandang akademik dan prinsip keamanan,
setiap orang direkomendasikan untuk tes COVID-19 sebelum vaksin.
Ini untuk mengetahui apakah orang tersebut sedang terinfeksi
atau tidak. Sehingga vaksinasi dapat dilakukan dengan aman.
"Saya bagikan apa yang kami lakukan pada vaksinasi
lain, misalnya hepatitis B. Sebelum vaksin hepatitis B, akan dilakukan
screening apakah orang tersebut pernah terinfeksi atau sedang terinfeksi. Pada
kasus corona, kalau ada yang ingin melakukan tes COVID-19 silakan,"
jelasnya.
Tapi menurutnya, tes COVID-19 bagi penyintas yang akan
vaksinasi juga tidak perlu dijadikan kewajiban.
"Takutnya dianggap membiniskan lagi. Selain itu, tidak
semua orang sanggup memeriksakan diri, kecuali dari pemerintah yang
melakukannya," tutur dr Koko.
Meski secara akademis dan sisi keamanan merekomendasikan
untuk tes virus corona, namun situasi dan kondisi di lapangan juga harus tetap
diperhatikan.
"Kembali lagi ke kondisi pasien dan bagaimana tim
vaksinator melakukan screening pada tekanan darah sampai suhu badan. Hasilnya
harus fit, jangan sampai lagi tidak fit tapi tetap divaksin," tutupnya. [rin]