"Bahkan kalau kanker prostat di Amerika Serikat itu sudah standarnya harus dengan robot, karena sangat sulit dijangkau dengan pembedahan biasa. Sedangkan lengan robot bisa masuk ke daerah yang sulit dan sangat presisi mengangkat prostat yang kena kanker," ujarnya.
Pada bidang bedah kandungan ginekologi, robot tersebut mampu menangani pasien dengan kasus myoma, kista indung telur, hingga permasalahan varium, kata Reno menambahkan.
Baca Juga:
Pamer Teknologi Perang, Israel Turunkan Robot Pembunuh di Gaza
Reno menambahkan, hingga saat ini tidak semua penyakit mampu dijangkau robot. Misalnya, pasien dengan kondisi jaringan yang dioperasi terlalu besar ukurannya, banyak perlengketan bekas operasi sebelumnya, terdapat komorbid penyakit paru atau jantung.
"Tidak semua tentu bisa dilakukan secara robot, jadi ada kelemahannya kalau jaringan yang dioperasi terlalu besar percuma dengan robot karena luka yang besar," katanya.
Salah satu kondisi luka besar yang dimaksud, seperti operasi sesar pada ibu hamil.
Baca Juga:
Makin Mirip Orang, ChatGPT Kini Bisa Bicara dan Mendengar
"Makanya suka ada yang tanya, apakah robot juga bisa untuk operasi sesar?, kan kita harus mengeluarkan bayi yang demikian besar. Sulit kalau gunakan robot," ujarnya.
Menurut Reno bedah menggunakan robot pada ibu hamil berisiko memicu trauma di tubuh pasien, sebab perlu rongga untuk memasukkan gas ke dalam perut atau dada untuk melihat ruang di mana bayi berada.
"Biasanya dikembungkan dengan gas," ujarnya.