WAHANANEWS.CO, Jakarta - Berita tragis ini langsung mengguncang Palembang, ketika seorang wanita hamil bernama Anti Puspita Sari ditemukan tewas di sebuah kamar Hotel Lendosis dan perlahan satu per satu fakta mengenaskan pun terkuak dari pengakuan pelaku yang ditangkap lima hari setelah kejadian.
Anti diketahui tergabung dalam sebuah grup media sosial khusus open booking di Palembang dan di sanalah ia mulai berhubungan dengan pelaku bernama Febrianto yang kemudian menegosiasikan tarif melalui percakapan chat sebelum mereka menentukan lokasi pertemuan.
Baca Juga:
Panglima TNI Geser 8 Perwira Bintang Satu, Sinyal Konsolidasi Kekuatan Jelang Agenda Pertahanan
Dirreskrimum Polda Sumsel Kombes Pol Johannes Bangun mengungkapkan fakta tersebut saat memimpin rilis kasus di Mapolda Sumsel dan memastikan bahwa pelaku sempat berkomunikasi secara intens dengan korban untuk membahas soal tempat hingga tarif layanan di hotel.
Fakta lain yang tidak kalah mengejutkan muncul ketika terungkap bahwa suami korban, Adi, sehari-hari bekerja sebagai office boy di sebuah mal ternama di Palembang dan tidak mengetahui aktivitas istrinya di media sosial karena selama ini kehidupan rumah tangga mereka disebut berjalan tanpa masalah.
Adi menuturkan pada Jumat (10/10/2025) istrinya sempat mengantarnya bekerja sebelum melanjutkan pekerjaan sebagai kurir makanan daring dan biasanya Anti masih sempat mengirim kabar di sela aktivitasnya namun hari itu berbeda karena tak ada satu pun pesan yang masuk sampai kabar kematian datang.
Baca Juga:
Kopi Susu Bikin Perut Panas? Ini Penjelasan Ilmiahnya dan Risiko yang Mengintai
“Dia yang nganter saya ke tempat kerja selanjutnya dia jalan tugas jadi kurir makanan salah satu aplikasi olshop,” ujar Adi lirih mengingat momen terakhir bersama istrinya sebelum semuanya berubah.
Adi mengaku tidak pernah mengalami konflik berarti dengan Anti dan tidak ada firasat buruk sama sekali karena hari itu berjalan seperti biasa tanpa pesan terakhir dari korban dan keluarga pun sempat melakukan pencarian sebelum akhirnya menerima kabar duka.
Dari sisi pelaku, Febrianto menjelaskan bagaimana ia mengenal Anti melalui grup open BO dan langsung mengirim pesan pribadi untuk menanyakan kapan bisa bertemu dan dari obrolan tersebut mereka sepakat bertemu di Hotel Lendosis.
“Dia kerja katanya nanti aja kalau ada waktu luang kak,” kata Febri menirukan balasan chat korban saat ia mengajak bertemu pertama kali sebelum negosiasi lebih detail soal tarif dimulai.
Negosiasi tarif itu juga menjadi bukti kunci karena dari percakapan itu disebutkan korban meminta Rp300 ribu untuk dua kali layanan dan juga menentukan hotel yang akan digunakan untuk bertemu pelaku.
“Berapa kak tarifnya katanya Rp300 ribu dua kali main jadilah dua kali itu,” aku Febri kepada penyidik sambil menyebutkan bahwa korbanlah yang menunjuk hotel yang bisa dicek melalui Google Maps.
Saat hubungan badan berlangsung pelaku mengaku tidak menggunakan alat kontrasepsi dan kekecewaannya memuncak ketika korban menolak melakukan hubungan yang kedua kali seperti yang dijanjikan sebelumnya.
“Karena kesal belum waktunya habis saya disuruh keluar dari kamar,” sambung Febri menjelaskan momen yang memicu kemarahannya hingga akhirnya ia melakukan tindakan brutal.
Dalam kondisi dipenuhi amarah pelaku kemudian membekap korban dari belakang menggunakan pakaian korban sendiri lalu mengikatnya hingga tubuh korban tidak lagi bergerak namun ia mengaku tidak melakukan hubungan badan lagi setelah aksi pembunuhan itu.
“Saya dari belakang saya bungkam pakai baju korban terus dianya enggak bisa bicara aku ikat dia masih gerak,” pungkas Febri dan setelah memastikan korban tidak sadarkan diri ia langsung pergi meninggalkan lokasi dengan membawa motor milik korban.
Febrianto sempat buron selama lima hari dan ditangkap tim gabungan Jatanras Polda Sumsel dan Satreskrim Polrestabes Palembang di Desa Sido Mulya lanjut 18 pada Rabu (15/10/2025) sekitar pukul 22.45 setelah sempat melawan hingga petugas melumpuhkannya di bagian kaki dengan tindakan tegas terukur.
Usai ditangkap Febrianto mengaku terus dihantui bayangan korban sepanjang pelarian dan mengungkapkan adanya teror gaib yang membuat pikirannya tidak tenang serta merasa seperti didatangi arwah Anti yang memintanya melakukan permintaan spiritual.
“Disuruh ke makamnya pak terus minta maaf sama keluarga,” ucap Febri dalam video pengakuan yang beredar sembari menunduk dan menyebutkan bahwa arwah korban juga memintanya menggelar acara yasinan untuk mendoakan kepergiannya.
Permintaan yang paling tidak bisa ia lupakan adalah saat ia mengaku seperti mendengar suara yang menyuruhnya mengelus perut korban yang saat itu sedang hamil anak kedua dan pengakuan ini menambah kelam kisah yang terungkap di tengah proses hukum yang sedang berjalan.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]