WahanaNews.co, Klaten - Agung Santosa (49), penduduk Dusun Gombang, Desa Sajen, Kecamatan Trucuk, Klaten, menjadi korban pembunuhan sadis di Wonogiri akibat masalah utang piutang.
Tersangka, Sarmo (35), aktor utama dalam pembunuhan tersebut terbelit utang sebesar Rp 800 juta.
Baca Juga:
Soal Dugaan Korupsi Kepala Desa Pemkab Wonogiri dan Klaten Buka Suara
Istri Agung, Katin Endangwati, menceritakan bahwa jumlah utang tersebut terakumulasi dalam kurun waktu tiga bulan sebelum kejadian.
Setiap hari, Sarmo meminta Agung sejumlah uang, yakni Rp 10 juta, Rp 15 juta, hingga Rp 20 juta.
Katin menjelaskan bahwa suaminya memiliki hubungan dagang dengan Sarmo di bidang jual beli kayu untuk keperluan pembuatan mebel.
Baca Juga:
Guru SMP Swasta di Wonogiri Cabuli Muridnya di Laboratorium
Agung berperan sebagai pembeli, sedangkan Sarmo bertanggung jawab sebagai pemasok kayu.
"Uang yang diminta oleh Sarmo itu, katanya untuk mencari kayu. Hubungan dagang mereka baru berlangsung sekitar satu tahun lebih, di mana Sarmo bertindak sebagai penyetor kayu, dan suamiku sebagai penjual," ujar Katin, melansir detiJateng, Senin (11/12/2023).
Katin menambahkan bahwa Sarmo pernah datang ke rumahnya sekali saat mereka membuat perjanjian terkait penggergajian kayu.
Di maya Katin, Sarmo seperti preman karena dia bertubuh tinggi dan berpostur besar dengan banyak tato.
"Saya ketemu satu kali, orangnya tinggi, besar, badan tatoan, saya sebenarnya sudah curiga tapi pak Agung orangnya baik. Merasa diajeni (dihormati), sopan juga," ungkap Katin.
Katin menjelaskan, suaminya semakin hari bahkan semakin percaya dengan Sarmo karena tutur katanya yang meyakinkan. Bahkan di mata suaminya Sarmo dianggap orang baik.
"Pokoknya sae (baik). Bahkan pak Agung itu jadi anak angkat keluarganya pak Sarmo, karena kebaikan bahkan pak Agung diberi tanah tiga petak di Wonogiri oleh kakeknya Sarmo yang seorang dukun, itu cerita pak Agung tapi saya ndak percaya," papar Katin.
Dirinya, sambung Katin, sempat bertanya letak tanah tersebut tetapi suaminya bilang semua dititipkan kepada Sarmo. Saat itulah dirinya mulai curiga.
"Saya curiga ini ngapusi (penipuan). Sebagai istri saya sudah memberikan masukan tapi kayaknya suami saya sudah dicuci otak," ujar Katin.
"Pak Agung setelah kenal Sarmo ini juga seneng klenik, padahal dulu tidak pernah, dulu tidak percaya klenik. Ya begitulah, saking percayanya, saking baiknya," imbuh Katin.
Setelah kejadian pembunuhan terungkap, tambah Katin, keluarga sudah beberapa kali ke Polres Wonogiri untuk diminta keterangan.
Juga menyaksikan barang milik suaminya dan diminta DNA.
"Yang diambil DNA anak saya, banyak kemarin, ada darahnya diambil juga. Tapi saya sejak awal yakin itu suami saya karena saya kenali pakaiannya semua," pungkas ucap Katin.
Keluarga, sebut Katin, sangat berharap pelaku dihukum berat. Jika perlu hukuman mati karena tega membunuh orang yang berbuat baik.
''Kami keluarga ingin dihukum berat, dihukum mati. Pokonya hukuman mati," pungkas Katin.
Sebelumnya diberitakan, kerangka manusia yang ditemukan di Desa Semagar, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri merupakan korban pembunuhan. Korban dua orang dibunuh oleh Sarmo (35).
Kapolres Wonogiri AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah mengungkapkan identitas korban adalah Sunaryo (46) warga Dusun Panggih, Desa Jatipurno, Kecamatan Jatipurno, Wonogiri, dan Agung Santosa (47) warga Dusun Gombang, Desa Sajen, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.
"Dua korban ini ditemukan di lokasi yang berbeda," ungkap Indra saat konferensi pers di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023).
Sarmo Racuni Korban Sambil Nyetir
Sarmo (35) ternyata meracuni para korbannya dengan apotas. Bahkan salah satu korban sempat dibawa keliling menggunakan mobil setelah diracun hingga tewas.
Dilansir detikJateng, Senin (11/12/2023), korban yang dibawa keliling dengan mobil tersebut bernama Sunaryo (46), warga Dusun Panggih, Desa Jatipurno, Kecamatan Jatipurno, Wonogiri.
Adapun korban satunya lagi dalam kasus yang lain bernama Agung Santosa (47) warga Dusun Gombang, Desa Sajen, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.
Kapolres Wonogiri AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah mengatakan pelaku membunuh dengan cara meracuni korban menggunakan apotas lewat minuman. Kemudian, pelaku mengubur sendiri kedua korban tersebut.
"Dua korban ini ditemukan di lokasi yang berbeda," kata Indra saat konferensi pers di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023).
Untuk kasus pembunuhan Sunaryo, Indra menuturkan, Sarmo dan Sunaryo memiliki hubungan dalam hal gadai mobil.
Sunaryo diracuni oleh Sarmo saat mengembalikan mobil gadaian. Sebelumnya, Sarmo menggadaikan mobilnya ke Sunaryo.
"Diracun (di dalam mobil) menggunakan apotas yang dimasukkan ke dalam es teh yang dibeli di hik. Setelah diminum, korban (Sunaryo) pusing-pusing. Kemudian dibawa keliling di wilayah Girimarto sampai korban meninggal," kata Indra.
Kubur Mayat di Bawah Dipan
Sarmo mengaku sempat tidur di atas makam korbannya selama tiga bulan. Sarmo kemudian membongkar kuburan tersebut karena takut perbuatannya ketahuan oleh polisi.
Dilansir detikJateng, Senin (11/12/2023), Sarmo yang merupakan warga Dusun Ciman, Desa Semagar, Kecamatan Girimarto, Wonogiri, itu diduga membunuh dua orang.
Modusnya adalah mencampurkan racun ke minuman korban. Sarmo sendirian menguburkan korbannya.
Kapolres Wonogiri, AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah, menjelaskan bahwa Sarmo menguburkan korban Sunaryo di dalam rumah. S
unaryo dikubur di lokasi yang berada di bawah tempat tidur tempat Sarmo biasa beristirahat setiap harinya.
"Mayat korban (Sunaryo) ditemukan di area belakang rumah, yang merupakan rumah kecil di lokasi penggergajian yang dimiliki oleh Sarmo. Awalnya, jenazah ini dikuburkan di bawah tempat tidur, di dalam rumah tempat pelaku biasa tidur," ungkap Indra saat memberikan konferensi pers di Mapolres Wonogiri pada Sabtu (9/12/2023).
Indra menuturkan bahwa pelaku tidur di atas kuburan korban selama tiga bulan.
Untuk menghindari deteksi bau yang mencurigakan, jenazah korban sengaja disiram dengan solar.
Namun, karena rasa takut aksinya terbongkar, Sarmo akhirnya memutuskan untuk membongkar kuburan tersebut sendiri.
Setelah proses pembongkaran, jasad korban kemudian dibakar, dan tulangnya dihancurkan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]