WahanaNews.co, Baubau – Sebut saja RG (13), siswi kelas 6 SD dicabuli oleh 26 pria di kampungnya Kecamatan Lea-lea, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.
Pilunya, korban yang hanya tinggal berdua dengan nenek buyutnya ini disetubuhi sampai berulang kali di waktu dan tempat berbeda-beda. Awalnya korban diajak seorang pria untuk pergi ke acara keramaian joget saat malam hari.
Baca Juga:
KSOP Kelas II Baubau Catat Bongkar Muat Barang Kontainer 246.102 Ton 2024
"Ceritanya diajak, ada juga pacarnya, selebihnya teman-teman yang tidak dikenal. Banyak, dibawa ke rumah, dan juga dibawa tempat tongkrongan,” kata tante korban berinisial MN, Jumat (21/6/2024).
Saat diajak tersebut, korban kemudian disetubuhi oleh seorang laki-laki di rumah kosong. Kemudian berlanjut ke beberapa laki-laki lain.
“Kejadiannya dibawa ke rumah teman pelaku, anak seumurannya dan ada juga bapak-bapak. Semua kejadian, jadi disetubuhi di beberapa tempat dan berbeda harinya,” ujar MN.
Baca Juga:
UPBU Betoambari Baubau Sebut Kehadiran Airbus A320 Dukung Perkembangan Ekonomi Buton
MN menjelaskan dari keterangan RG ada sekitar 20 orang laki-laki yang telah melakukan persetubuhan dengan keponakannya. Sedangkan 6 orang lainnya tidak sampai menyetubuhinya.
Peristiwa ini kemudian didengar keluarga korban. RG yang takut lari dari rumah dan bersembunyi di tempat temannya.
“Dia hidup berdua sama neneknya. Tinggal sama neneknya, orangtuanya sudah bercerai. (Jadi) hanya dipantau sama keluarga,” ucap MN.
Menurut MN, RG kabur dari rumah karena takut dicari sama pamannya karena peristiwa yang dialaminya sudah tersebar di kampungnya.
“Saat didapat (RG), langsung tanya-tanya, kemudian kita langsung lapor ke Polsek Lealea,” kata MN.
Kasus ini telah dilaporkan ke polisi sejak bulan Mei 2024. Namun belum ada pelaku yang ditangkap. “Belum ditangkap pelakunya, harapannya ini pelaku cepat ditangkap,” ungkapnya.
Korban malu dan takut
Saat ini RG tidak dapat tinggal di kampungnya karena takut dan malu. Sehingga korban tinggal bersama MN.
Tidak hanya itu, korban juga terpaksa putus sekolah karena merasa malu dan dikucilkan oleh warga kampungnya. “Korban kalau ke kampung sudah dikucilkan dan hingga kini dia sudah putus sekolah," ungkapnya, Rabu (19/6/2024).
Polisi bantah pelaku berjumlah 26 orang
Di tempat terpisah, Kasi Humas Polres Baubau, AKP Abdul Rahmad, melalui pesan singkatnya mengatakan, kasus tersebut saat ini sudah ditangani Satreskrim Polres Baubau.
“Sudah dilakukan pemeriksaan terhadap korban dan pemeriksaan saksi sebanyak 10 orang,” kata Rahmad.
Ia juga membantah bila pelakunya pencabulan tersebut sebanyak 26 orang. Namun karena dilakukan di beberapa tempat yang berbeda sehingga bila ditotalkan jadi banyak.
Menurutnya sampai saat ini belum ada penangkapan karena para pelaku sudah tidak berada di rumahnya.
“Ijin bahwa penyampaian dari Kasat Reskrim, kendalanya pelakunya sudah jarang berada di rumahnya setelah ada laporan,” ujar Rahmad.
“Kondisi masyarakat di sekitar tempat tinggal para pelaku yang kurang memberikan informasi keberadaan pelaku,” tuturnya.
Selain itu, kata Rahmad, masih kurangnya saksi-saksi yang akan diambil keteranganya untuk mendukung keterangan saksi korban.
“Saat ini masih dilakukan penyelidikan terhadap para pelaku. Terhadap saksi korban telah di lakukan pendampingan saat pemeriksaan oleh psikolog dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Kota Baubau dan juga pendampingan oleh Peksos dari Dinsos Kota Baubau,” ucap Rahmad.
[Redaktur: Alpredo Gultom]