WahanaNews.co |
PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) berniat mengakuisisi 100% saham
yang ada di PT Mandau Cipta Tenaga Nusantara (MCTN).
Rencananya, perusahaan setrum
pelat merah tersebut bakal mengandalkan kas internalnya dalam mendanai rencana
transaksi tersebut.
Baca Juga:
Waspada Banjir, Ini Tips Amankan Listrik saat Air Masuk Rumah
Direktur Niaga dan Manajemen
Pelanggan PLN, Bob Saril, memastikan, pihaknya memiliki kesiapan dana internal
untuk melangsungkan rencana transaksi akuisisi saham MCTN tersebut.
Hanya saja, ia tidak
mengungkap, berapa kisaran dana yang disiapkan untuk transaksi ini.
"InsyaAllah (dana) siap, ini
bagian kita dalam meningkatkan pelayanan sekaligus growth," ujar Bob kepada wartawan, Rabu (23/6/2021).
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
Mengintip laporan keuangan
tahunan PLN yang telah diaudit, PLN tercatat memiliki kas dan setara kas akhir
tahun sebesar Rp 54,73 triliun per 31 Desember 2020 lalu.
Angka tersebut naik 17,46%
dibanding posisi kas dan setara kas awal tahun PLN tahun buku 2020 yang sebesar
Rp 46,59 triliun.
MCTN merupakan perusahaan
pemilik aset Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) North Duri Cogeneration
(NDC), yang saat ini digunakan untuk memasok Blok Rokan, wilayah kerja yang
dikelola oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI) hingga 8 Agustus 2021 mendatang.
Sebanyak 95% kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh Chevron Standard Limited (CSL).
Belum ketahuan, berapa total
nilai aset MCTN maupun harga penawaran yang bakal ditawarkan dalam transaksi
akuisisi MCTN kelak, semisal transaksi ini benar terjadi.
Merujuk kepada pemberitaan sebelumnya,
PLN tengah melakukan negosiasi dengan CSL langsung, dan sudah berhasil capai
kesepakatan-kesepakatan pada bunyi pasal-pasal Conditional Share Purchase Agreement (CSPA).
Kalau berjalan sesuai
rencana, kelak tahapan ini bakal dilanjutkan dengan penandatanganan Share Purchasing Agreement.
Kepastian akan transaksi
akuisisi ini diperkirakan sudah bisa diketahui pada akhir Juni 2021 ini.
Pengamat Ekonomi Energi
Universitas Padjajaran, Yayan Satyaki, menduga, prospek pemulihan industri
pasca-krisis pandemi Covid-19 membuat PLN optimistis bisa mencatatkan
pendapatan yang baik dan berani melangsungkan akuisisi.
Terlebih, return on investment (RoI) untuk
investasi energi listrik, lanjut Yayan, biasanya memiliki prospek yang baik.
"Kita lihat, dengan pulihnya
negara maju karena vaccine rollout
yang cepat, memungkinkan barang-barang impor (ke negara maju) dari negara
Indonesia akan tinggi, sehingga akan meningkatnya produktivitas industri
manufaktur dan kebutuhan akan energi listrik ke depan, dan kita lihat
pertumbuhan industri setiap pasca-krisis itu bisa meningkat sangat signifikan,"
terang Yayan.
Sedikit informasi, mengutip
laporan keuangan tahunan PLN yang telah diaudit, PLN mencatatkan pendapatan
usaha sebesar Rp 274,9 triliun di tahun 2020, turun tipis 0,42% dibanding
realisasi pendapatan usaha PLN di tahun 2019 yang mencapai Rp 276,06 triliun.
Meski begitu, laba bersih PLN
tercatat mengalami kenaikan, dari semula Rp 4,3 Triliun di tahun 2019 menjadi
sebesar Rp 5,9 Triliun pada tahun 2020. [dhn]