Namun, ketidakhadiran faktor pengering justru membuka peluang bagi curah hujan tetap tinggi di saat seharusnya kering.
Data menunjukkan bahwa kemarau tahun ini mengalami keterlambatan.
Baca Juga:
Masjid Nusantara Resmi Berdiri di Tsubame, Jepang: Simbol Persaudaraan Indonesia-Jepang
Hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30 persen Zona Musim (ZOM) di Indonesia yang memasuki kemarau, padahal secara normal angka itu biasanya sudah mencapai 64 persen.
Wilayah yang terdampak keterlambatan musim kering ini terutama meliputi Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT.
BMKG bersama BNPB dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kini bergerak cepat menanggapi situasi ini.
Baca Juga:
Kepala Terbungkus Lakban, Diplomat Muda Kemlu Ditemukan Tewas di Kamar Kos Menteng
Salah satu upayanya adalah dengan menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat, untuk meredam dampak cuaca ekstrem.
“Operasi Modifikasi Cuaca di DKI Jakarta dan Jawa Barat dilaksanakan mulai hari ini dan direncanakan sampai tanggal 11. Tentu nanti kami akan lihat perkembangan cuacanya. Kami terus berkoordinasi dengan Pemda dan BNPB sebagai pihak yang menyediakan anggaran,” ujar Deputi Bidang Modifikasi Cuaca, Tri Handoko Seto.
Dengan kondisi cuaca yang tidak menentu ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang bisa disertai kilat, petir, hingga angin kencang.