WAHANANEWS.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa sejumlah wilayah di Indonesia tengah mengalami kemarau basah, fenomena langka ketika musim kemarau tetap disertai curah hujan yang signifikan.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa kemarau basah ditandai dengan tingginya kelembapan udara, yang seharusnya menurun di musim kering.
Baca Juga:
Ancaman dari Laut Arafuru! BMKG Peringatkan Gelombang Tinggi Imbas Siklon 93P
Kondisi ini menciptakan cuaca yang tidak lazim dan berpotensi memicu dampak serius di berbagai sektor.
“Kemarau basah adalah kondisi anomali yang bisa disebabkan oleh perubahan iklim serta pola cuaca global yang tidak stabil,” ujar Guswanto pada wartawanRabu (14/5/2025).
BMKG mencatat sejumlah faktor meteorologis yang memengaruhi kondisi ini, antara lain sirkulasi siklonik, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, serta gangguan frekuensi rendah (Low Frequency) yang terpantau di berbagai wilayah Indonesia.
Baca Juga:
BMKG Jelaskan Pemicu Gempa M5,3 di Padang Sidempuan: Geser Turun dalam Lempeng
Wilayah Terdampak dan Pola Musim
Fenomena kemarau basah terutama terjadi di daerah beriklim monsunal, seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, yang umumnya memiliki perbedaan jelas antara musim hujan dan kemarau.
Pada wilayah-wilayah ini, curah hujan bersifat unimodal, hanya memiliki satu puncak musim hujan dan satu musim kemarau.