Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, La Nina
yang terjadi pada periode awal musim hujan ini berpotensi meningkatkan jumlah
curah hujan di 29 provinsi di Indonesia. Dampak La Nina terhadap curah hujan di
Indonesia tidak seragam, baik secara spasial maupun temporal, bergantung pada
musim/bulan, wilayah, dan kekuatan La Nina.
Baca Juga:
ASDP Ingatkan Kewaspadaan Cuaca Ekstrem Jelang Libur Akhir Tahun
"Selain pengaruh sirkulasi angin monsun dan anomali
iklim di Samudera Pasifik, penguatan curah hujan di Indonesia juga turut
dipengaruhi penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur berupa
gelombang Madden Julian Oscillation (MJO) dan Kelvin, atau dari timur ke barat
berupa gelombang Rossby," kata Guswanto dalam keterangan tertulis, Minggu
(18/9/2020).
Ia menerangkan, hasil analisis kondisi dinamika atmosfer
terkini menunjukkan aktivitas MJO di atas wilayah Indonesia, yang merupakan
klaster/kumpulan awan berpotensi hujan.
"Aktivitas La Nina dan MJO pada saat yang bersamaan ini
dapat berkontribusi signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah
Indonesia," ujarnya.
Baca Juga:
ALPERKLINAS: Musim Hujan, Masyarakat Diminta Hindari Berteduh Dekat Instalasi Listrik
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, BMKG memprakirakan
dalam periode sepekan ke depan akan terjadi peningkatan curah hujan dengan
intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.
"Masyarakat diimbau tetap waspada dan berhati-hati
terhadap dampak yang dapat ditimbulkan kondisi cuaca ekstrem, seperti banjir,
tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan
jalan licin," tuturnya.
BMKG memperkirakan 29 provinsi yang berpotensi diguyur hujan
lebat untuk periode 18-24 Oktober 2020 dampak MJO terjadi di wilayah berikut
ini: