WahanaNews.co | Indonesia dan Amerika Serikat (AS) mempererat kerjasama bilateral terkait perubahan iklim. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya mendorong kolaborasi untuk saling mendukung dalam menciptakan terobosan guna penyerapan emisi karbon sambil tetap memastikan terjadinya pembangunan ekonomi.
Menteri LHK, Siti mengatakan, saat ini tengah terjadi kondisi di mana ekologi harus tetap terjaga, tetapi ekonomi juga harus terus tumbuh dan berkembang.
Baca Juga:
PLN Lakukan Berbagai Inisiatif Jalankan Arahan Presiden untuk Mitigasi Perubahan Iklim
"Sehubungan dengan itu, kami berharap kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat melalui Bilateral Climate Change Working Group 2 Task Force on Natural Capital and Ecosystem Services dapat difokuskan untuk saling mendukung dalam menjaga ekosistem alam, serta menciptakan terobosan untuk mengoptimalkan penyerapan emisi karbon dengan tetap mempertimbangkan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," ujar Menteri Siti dalam keterangan tertulis KLHK di Jakarta, Jumat (5/8/2022).
Hal itu disampaikan oleh Menteri LHK ketika berbicara dalam pertemuan Gugus Tugas 2, Kelompok Kerja Perubahan Iklim mengenai Natural Capital and Ecosystem Services: FOLU, Mangroves, and Ocean pada Rabu malam (3/8/2022).
Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan bahwa Indonesia sudah melakukan berbagai langkah perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Salah satunya dalam upaya memenuhi komitmen Perjanjian Paris, Indonesia meluncurkan apa yang disebut FOLU Net Sink 2030.
Baca Juga:
Aktor Pemicu Longsor India yang Tewaskan 108 Orang Diungkap Ahli
Dengan target tersebut, Indonesia ingin mencapai pengurangan emisi GRK dari sektor kehutanan dan lahan dengan tingkat penyerapan sama atau lebih tinggi dari tingkat emisi pada 2030.
"FOLU Net Sink 2030 Indonesia menunjukkan ambisi iklim kita melalui pendekatan yang lebih terstruktur dan sistematis. Ini memberikan target pembangunan yang terfokus dan terukur, dimana untuk pertama kalinya semua program kegiatan memiliki satuan ukuran yang sama, yaitu setara CO2," tuturnya.
Indonesia juga fokus pada potensi penghasil karbon lain yang mampu menyerap karbon setara atau bahkan lebih besar dari hutan terestrial, yaitu sektor pesisir dan ekosistem laut atau karbon biru. Pengembangan karbon biru sangat penting dan memiliki potensi yang signifikan di Indonesia khususnya ekosistem mangrove.