WahanaNews.co | Indonesia serius dalam menghadapi masalah ketahanan pangan, untuk saat ini ekonominya masih dianggap cukup baik karena di dorong oleh harga komoditas yang sedang booming.
"Nilai tukar petani ini kenapa nggak nyambung, naik terus sementara soal masalah pangannya kita mau impor, ada masalah serius soal ketahanan pangannya," ungkap Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, Sabtu (1/10/2022).
Baca Juga:
Percepat Target Transisi Energi, PLN Siap Kembangkan Sejumlah Skenario Agresif
Bhima meminta masyarakat harus melihat lebih kritis soal masalah nilai tukar petani yang naiknya cukup tinggi yang ada di sektor tanaman perkebunan.
"Yang jelas sawit satu semester terakhir itu naiknya cukup tinggi," terangnya.
Bhima menambahkan, sekarang jika dibalik resiko ke depan, kalau resesi ekonomi terjadi secara global yang membeli sawit akan turun, itu di sektor pertanian. yang beli barang-barang tambang juga mengalami moderasi atau penurunan.
Baca Juga:
Percepat Target Transisi Energi, PLN Siap Kembangkan Sejumlah Skenario Agresif
"Sehingga apa, ini yang tadinya kita surplus APBNnya Rp100 triliun lebih surplus neraca perdagangannya gemuk, jadi dalam waktu singkat kalau kita hanya mengandalkan naik turunnya harga komoditas internasional, itu bisa berbalik arah," jelas Bhima.
Dia menyebut bahwa harga sawit di pasar internasional sekarang kembali lagi ke posisi Juni 2021, jadi nilai tukar petani yang tadi mulai naik itu bisa dalam waktu singkat berbalik turun.
"Jadi kita melihatnya secara kritis bahwa ini nggak aman-aman juga, karena mengandalkan naik turunnya ini. Naik turunnya ini mau bicara penerimaan negara kalau kita hanya mengandalkan naik turunnya harga komoditas, itu bisa berbalik arah," pungkasnya. [rsy]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.