Sedangkan dalam jangka panjang, limbah darah sapi di sungai dapat mengakibatkan penurunan kadar oksigen air sungai sehingga ekosistem air sungai terganggu.
Di Sumatera Barat, terdapat 10 Rumah Potong Hewan (RPH) yang diawasi oleh dinas peternakan dan kesehatan hewan setempat.
Baca Juga:
Pemprov Jatim Pastikan Ketersediaan Hewan Kurban yang Berkualitas untuk Idul Adha
Tiap satu RPH setiap harinya menyembelih sebanyak 12 ekor sapi. Sehingga, total terdapat 120 ekor sapi yang disembelih setiap harinya, menghasilkan 720 liter hingga 960 liter limbah darah sapi per hari.
Berdasarkan survei lapangan tujuh dari 10 RPH tadi belum memiliki prosedur pengelolaan limbah darah sapi pascapenyembelihan, sehingga banyak masyarakat yang terganggu dengan bau limbah dan air sungai yang tercemar.
“Melalui pembelajaran analisis terpadu II, siswa SMK-SMAK Padang dan pembimbing berkolaborasi membuat inovasi dengan mengolah limbah tersebut menjadi pupuk organik cair. Berdasarkan hasil pengujian, POC Darsa Rupawan dapat digunakan untuk padi, buah-buahan, sayur-sayuran, palawija, dan tanaman hias,” jelas Dody.
Baca Juga:
Praktik Baik di Peternakan Terintegrasi Balaraja - Sholawat Diperdengarkan di Kandang Sapi
Lahirnya inovasi POC Darsa Rupawan diharapkan mampu memberikan solusi bagi permasalahan limbah darah sapi, dengan mengurangi limbah tersebut dan meningkatkan manfaatnya bagi lingkungan.
Selain itu, juga dapat membantu para petani untuk pemupukan lahan pertanian dengan biaya yang lebih terjangkau, sehingga bisa turut menghemat biaya subsidi pupuk pemerintah.
“Sebagai perbandingan, saat ini total harga subsidi pupuk per satu hektar sebesar Rp1,5 juta. Dengan pupuk yang kita gunakan bisa menghemat sekitar Rp 796 ribu, karena total biaya produksi per hektar pupuk cair ini sebesar Rp 744 ribu untuk 240 liter POC Darsa Rupawan,” ungkap Dody.