WahanaNews.co | Insiden bentrok antara polisi dan Laskar Front Pembela Islam (FPI)
di Tol Jakarta-Cikampek Km 50, yang menewaskan enam orang, sudah
dilakukan rekonstruksi oleh Bareskrim Polri, Minggu (13/12/2020) hingga Senin (14/12/2020) dini hari.
Komnas HAM tidak hadir dalam
rekonstruksi tersebut.
Baca Juga:
Analis: Bebasnya Rizieq Bisa Jadi Bara Politik 2024
Namun, dalam wawancara di Kompas TV, Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, mengatakan bahwa pihaknya sudah
melakukan rekonstruksi lebih awal dibandingkan yang dilakukan polisi.
Bahkan, area yang disisir pun lebih
jauh dan lebih luas.
"Kami lebih luas, bukan hanya
empat titik. Karena, memang fokusnya bukan hanya konteks
di area Km 50, tapi kami kembangkan hingga ke area Sentul di Km 0 sampai Km 48. Kami dapat duluan. Komnas HAM
datang duluan, dapat info duluan, info dari masyarakat," ujar Anam.
Baca Juga:
Habib Rizieq Bebas Bersyarat, Apa Artinya?
Anam juga mengaku, dia dan tim bukan hanya sekali datang ke area yang menjadi tempat kejadian perkara, tapi sudah mendatanginya bolak-balik, sampai lima kali.
"Kami cocokkan dengan jam yang sama, mulai dari jam 11 sampai jam 4 pagi. Kami
susuri satu persatu,"ungkapnya.
Karena datang lebih awal dan belum
ramai diberitakan, Anam mengaku mendapatkan banyak informasi langsung dari
masyarakat di sekitar tempat kejadian.
"Kami dapat lumayan banyak, termasuk di luar
jalan tol. Kami dapat dari penjual buah, pedagang kaki lima, pegawai Alfamart, Alfamidi, sampai hotel," jelasnya.
Salah satu informasi yang dia dapat
dari masyarakat, peristiwa terjadi pada Minggu (6/12/2020) malam hingga Senin (7/12/2020) dini hari.
Menurut masyarakat sekitar, waktu itu
situasi sepi, karena sudah masuk hari Senin.
Padahal, di malam-malam biasanya,
terutama Sabtu dan Minggu, situasi
ramai.
Demi mendapatkan informasi dari masyarakat
tersebut, Anam dan tim bahkan harus rela berjalan kaki sejauh lima
kilometer untuk mengumpulkan informasi penting tersebut.
Termasuk memakai metoda dan alat yang jarang digunakan oleh Komas HAM sendiri.
Dan, yang
lebih penting lagi, Komnas HAM mengaku mendapatkan benda yang bukan hanya bisa
dilihat, tapi juga benda yang bisa dipegang dan bisa dibawa ke kantor untuk
diperiksa.
Ketika ditanya apakah benda itu
proyektil, Anam tidak menjawab secara tegas.
Anam membeberkan alasannya dia bekerja
lebih awal dari aparat kepolisian, karena keberhasilan dalam mengungkap kasus
ini memang terletak pada kecepatan dalam bekerja.
"Peristiwa seperti ini biasanya
malam. Situasi lumayan cepat. Karena itu, kecepatan
bekerja akan menentukan," katanya.
Sebelumnya, Direktorat Tindak Pidana
Umum (Dit Tipidum) Bareskrim Polri, Polda Metro Jaya, dan Polres Karawang
menggelar rekonstruksi di empat titik terkait dengan kasus bentrokan Laskar
Front Pembela Islam (FPI) dan Polri di Tol Jakarta-Cikampek.
Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Argo Yuwono,
mengungkapkan, di empat Tempat Kejadian Perkara (TKP) itu setidaknya digelar 58 adegan rekonstruksi yang memperlihatkan
bagaimana awal mula penyerangan Laskar FPI hingga polisi melakukan tindakan
tegas terukur.
"Dalam proses rekonstruksi malam
ini, setidaknya ada 58 adegan rekonstruksi," kata Argo, saat meninjau langsung proses rekonstruksi, Senin (14/12/2020)
dini hari.
Argo merincikan, rekonstruksi dimulai sejak pada TKP I, yang
tepatnya berada di depan Hotel Novotel, Jalan Karawang Interchange. [dhn]