WahanaNews.co | PT Pertamina (Persero) saat ini tengah mendesain ulang rencana ekspansi pembangunan kilang minyak di tengah pergeseran isu energi terbarukan.
Jika melihat rencana pembangunan kilang Pertamina pada 2015, perusahaan ini akan menambah kapasitas empat kilang terbesarnya dan membangun dua kilang baru. Nantinya, kapasitas pemrosesan diperkirakan menjadi lebih dari 1,5 juta barel per hari.
Baca Juga:
Pertamina Buka UMK Academy 2024, 1.686 Pelaku Usaha Siap Naik Kelas
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), subholding Pertamina, Taufik Adityawarman mengaku sedang menyesuaikan kembali ruang lingkup, produk bauran, dan jadwal investasi untuk kilang Plaju, Dumai, dan Cilacap.
"Sebelumnya, kami memiliki daftar panjang untuk meningkatkan kapasitas dan kami menambah volume. Sekarang, dengan lingkungan bisnis baru, adopsi kendaraan listrik, dan komitmen kami sendiri terhadap transisi energi, kami harus adaptif," kata Taufik Adityawarman dilansir dari CNA, Selasa (24/1).
Indonesia pada tahun lalu menjanjikan pengurangan emisi karbon yang lebih ambisius sebesar 31,89 persen atau 43,2 persen dengan dukungan internasional pada 2030. Selain itu, negara ini juga menargetkan net-zero emission pada 2060 mendatang.
Baca Juga:
Kasus LNG Pertamina, Karen Agustiawan Dituntut 11 Tahun Bui
Jika melihat presentasi Pertamina pada 2021, peningkatan kapasitas pemrosesan kilang di Dumai, Plaju, dan Cilacap akan membutuhkan gabungan US$6,2 miliar setara Rp961 miliar (asumsi kurs Rp15.500) dan perkiraan selesai pada 2027.
Taufik mengungkapkan rencana investasi yang disusun itu dapat menghasilkan produksi bahan bakar berasal dari energi terbarukan dengan jumlah lebih besar. Beberapa diantaranya seperti solar dan bahan bakar jet yang terbuat dari minyak nabati.
Sejauh ini, Kilang Cilacap memiliki kapasitas 3.000 barel per hari untuk memproduksi bahan bakar yang terbuat dari minyak kelapa sawit dan diharapkan dapat berlipat ganda pada 2026.