WahanaNews.co, Jakarta - Bertugas di kapal perang identik dengan kondisi Isolated, Confined, Extreme (ICE) terlebih beroperasi di bawah bendera PBB yang berkarakter multinasional, standar tinggi, jauh dari tanah air, tempo operasi lama, serta tantangan medan tugas yang kompleks dan dinamis membutuhkan berbagai inovasi dalam pembinaan personel.
Salah satunya melalui pekan psikologi keangkatanlautan secara berkala seperti yang dilaksanakan perwira psikologi Satgas, Kapten Laut (KH) Dhimas Rezananta, Bertempat di Laut Mediterania dan Port of Beirut Lebanon. Rabu (3/1/2024).
Baca Juga:
Satgas Indo RDB XXXIX-F Monusco di Camp Rearbase, Bunia Terima Kunjungan Force Provost Marshall
Kegiatan ini didesain untuk memberikan reinforcement psikologis mengatasi Fatigue Seafarer, manajemen stres, dan menangani kondisi ICE sehingga setiap prajurit senantiasa memiliki moril dan kesiapsiagaan tinggi dalam menuntaskan misi yang diemban.
Jelang end mission, Satgas MTF TNI Konga XXVIII-N/ UNIFIL kembali menggelar pekan psikologi keangkatanlautan yang terangkum dalam dua tahap yakni harbor phase dan sea phase.
Materi pokok harbor phase mencakup soft skill berupa manajemen stres dan komunikasi yang diperlukan dalam deteksi dan penanganan stres yang mungkin timbul setelah setahun bertugas, menjaga moril, meningkatkan kemampuan komunikasi efektif, serta memperkuat soliditas tim. Kegiatan diawali dengan materi psikoedukasi dan afirmasi positif di dalam kapal dilanjutkan field psychology melalui mini outbond yang sekaligus menjadi media refreshing.
Baca Juga:
Dukungan Kemenkumham Sumbar untuk Program TMMD ke-119 Tahun 2024
Pada tahap sea phase, dilaksanakan pemberian materi lanjutan di beberapa kompartemen kapal dilanjutkan field psychology yang dikemas dalam permainan gambar dan komunikata, serta menyusun profil bentuk diorama menggunakan peralatan di kapal perang. Hal ini dinilai mampu mempertajam kolaborasi, daya ingat, logika verbal, dan pengambilan keputusan.
Setiap prajurit dilatih agar mampu melihat setiap problem penugasan, memahaminya dengan baik dan mengkomunikasikannya secara efektif untuk dapat mengatasi problem penugasan.
Manisfestasi perilaku yang dihasilkan berupa ketahanan kerja, kerja sama dan komunikasi yang baik sekalipun di bawah tekanan, serta stabilitas emosi.