WahanaNews.co | PT Bursatani Global Niaga dan PT Saputra Global Harvest merealisasikan ekspor pupuk batubara pada bulan Agustus 2022. Pupuk yang diproduksi dari batubara ini akan diekspor ke Nigeria.
Saat ini pupuk menjadi komoditas penting seiring dengan kepentingan untuk mencapai kemandirian pangan di sejumlah negara.
Baca Juga:
BPS: Ikan Layang dan Bawang Merah Sumbang Inflasi Tertinggi September 2024, 0,18 Persen
Pemilik paten pupuk batubara, R. Umar Hasan Saputra, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mendapatkan paten di Amerika Serikat (AS).
Saputra menyebut, produk ini sudah diminati oleh sejumlah negara. Nigeria merupakan negara ketiga yang menjadi tujuan ekspor pupuk batubara, setelah AS dan Zimbabwe.
Nigeria menaruh minat yang tinggi terhadap produk pupuk batubara ini, hingga berencana untuk membuat pabrik di sana. Pengujian keandalan produk sudah dilakukan pada awal tahun lalu di Jigawa, Nigeria.
Baca Juga:
Dalam Kardus Mie, Staf Harvey Moeis Mengaku Pernah Terima Rp600 Juta
Ekspor ini juga tak lepas dari peran serta Duta Besar RI untuk Nigeria Usra Hendra Harahap, Minister Counsellor Tamel Vinsen Sinabutar, Pelaksana Fungsi Ekonomi Kebudes RI di Nigeria, dan Team ITPC Lagos Nigeria.
"Ekspor dalam bentuk jadi dari Indonesia bersifat sementara. Tujuan akhirnya adalah transfer teknologi, sehingga tercipta efisiensi," kata Saputra dalam keterangan tertulis yang disiarkan Kamis (11/8).
Pengujian produk sekaligus studi kelayakan pembangunan pabrik langsung dilakukan oleh lembaga resmi pemerintah, yakni National Agency for Science and Engineering Infrastructure (NASENI), yang rencananya akan melakukan penandatanganan kerja sama pada akhir bulan ini di Jakarta.
Adapun pupuk batubara mengandung tiga komponen penting, yakni humus, unsur hara yang lengkap, dan karbon yang tinggi.
Menurut Saputra, pupuk ini dapat diproduksi dalam waktu singkat dan masif dengan biaya yang terjangkau.
Pasalnya, beberapa negara di Afrika, terutama di wilayah Sub Sahara memiliki isu rawan pangan. Selain masalah kesuburan lahan dan curah hujan, kecukupan pupuk juga menjadi persoalan.
"Membangun industri pupuk sangat mahal. Untuk itu lah transfer teknologi sebagai jalan ke luar," tandas Saputra. [jat]