WahanaNews.co | Menggeluti sebuah profesi memang memiliki konsekuensi tersendiri, begitu pula menjadi kepala terminal.
Menjadi kepala terminal merupakan pekerjaan dengan tanggung jawab yang besar karena harus dapat me-manage tidak hanya jadwal pemberangkatan bus dalam dan luar kota, juga membuat penumpang atau pengunjung dapat aman dan nyaman selama berada di zona terminal.
Baca Juga:
Kadishub Jakarta Minta Bus Angkutan Mudik Lebaran Yang Tak Layak Jalan Segera Lengkapi Persyaratan
Hal itu dialami Revi Zulkarnaen, Kepala Terminal Kalideres, Jakarta Barat.
Revi telah menjabat Kepala Terminal Kalideres sejak tahun 2019 setelah sebelumnya terminal yang mempunyai luas 3,5 hektar itu dijabat oleh dua kepala, satu kepala terminal dalam kota dan satu lagi kepala terminal luar kota.
Namun dibalik itu semua, berbagai risiko harus dijalani orang nomor satu di Terminal Kalideres itu, salah satunya jarang bertemu keluarga, dan bahkan pernah didatangi anaknya ke terminal.
Baca Juga:
Terminal Kalideres Mulai Bersiap Jelang Mudik Lebaran 2025
“Saya 17 tahun di terminal dalam kota Blok M. 6 bulan di Terminal Kota Tua. Dari Kota Tua saya ke Terminal Kalideres. Kalau sebelumnya jam kerja saya sampai jam 9 malam, sejak di Terminal Kalideres bisa sampai 24 jam apalagi jika hari besar seperti lebaran dan akhir tahun,” kata Revi kepada WahanaNews.co, Jumat (8/3/2024).
Revi bercerita pertama bekerja di Terminal Kalideres, ia tidak pulang ke rumah karena padatnya mengatur pemberangkatan jadwal bus antar kota.
“Pertama di Kalideres, tidak pulang ke rumah. Anak saya tidak percaya dan datang langsung ke terminal melihat saya. Sekarang keluarga sudah terbiasa jika tidak pulang karena tujuan saya kan melayani masyarakat,” ungkapnya.
Kesibukan Revi pada saat hari-hari besar seperti lebaran dan akhir tahun di terminal telah dapat diterima keluarga.
“Saat lebaran dan akhir tahun sangat sibuk, jarang bertemu keluarga, bahkan mau tidur aja agak sulit. Pagi sampai malam kita memberangkatkan bus, terus malam ke pagi mengatur bus-bus yang tiba dari luar kota,” ujarnya.
Revi mengatakan terminal yang mempunyai luas 3,5 hektar itu agak sempit untuk jumlah kendaraan dalam dan luar kota dibanding Terminal Kampung Rambutan yang mempunyai luas 12 hektar dan Terminal Pulau Gebang 16 hektar.
“Daya tampung Terminal Kalideres ini sangat sedikit dibanding terminal lain di DKI Jakarta. Kita harus ekstra mengatur parkir bus-bus biar teratur karena pelayanan angkutan dalam dan luar kota itu sangat berbeda,” ungkapnya.
Bagi Revi, menjadi Kepala Terminal juga membuat dirinya semakin terbuka dengan pertemuan banyak karakter orang.
“Senang bisa bertemu banyak orang dengan berbagai karakter berbeda membuat saya lebih terbuka memahaminya,” kata Revi.
Revi mengungkapkan hambatan utama sejak menjabat di terminal adalah kesulitan menerapkan aturan bagi orang atau kelompok yang telah puluhan tahun berada di terminal.
“Kendala utama adalah kesulitan menerapkan aturan baru bagi mereka atau kelompok yang telah puluhan tahun turun termurun mulai dari kakek hingga ayahnya berada di dalam terminal. Intinya memang harus selalu membangun komunikasi dengan mereka. Itu yang saya terapkan,” tegas Revi.
Hal paling berkesan bagi Revi, tahun 2017 saat musim lebaran tiba, ia pernah mengalami sakit lantaran kesibukannya mengatur penumpang yang sangat padat di terminal dengan tujuan Sumatera dan Jawa.
Selesai musim lebaran, dia dipanggil ke kementerian perhubungan untuk menghadiri pertemuan semua kepala terminal antar kota dan luar kota se-Indonesia. Ia terkejut karena mendapat penghargaan dari menteri perhubungan dan dirjen perhubungan darat.
“Saya dapat piagam penghargaan dari menteri perhubungan dan dirjen perhubungan darat. Saya tidak tahu kalau sebelumnya dinilai oleh tim penilai yang datang ke terminal. Bagi saya ini paling berkesan,” ungkapnya.
Revi juga merasa bersyukur karena tahun 2023 lalu, ia mendapat penghargaan lagi sebagi kepala terminal terbaik se-DKI Jakarta dari kepala dinas perhubungan provinsi.
“Saya sih tidak pernah sebelumnya mengharapkan itu. Yang penting saya kerjakan apa yang bisa saya kerjakan,” ungkap Revi yang pernah mendapat penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jakarta Barat tahun 2021 atas partisipasi dan kontribusi dalam mendukung kegiatan sosial penanganan wabah Covid-19 di wilayah Jakarta Barat.
Dalam kepemimpinan di Terminal Kalideres, Revi bersama UPT Terminal terus membenahi potret usang Terminal Kalideres agar lebih menarik perhatian penumpang atau pengunjung.
Di akhir 2023, Terminal Kalideres melakukan pembenahan infrastruktur serta revitalisasi loket-loket PO bus yang saat ini telah berjumlah 130 melayani angkutan ke Sumatera dan Jawa.
Selain itu, loket PO bus juga ditata sedemikian rupa sehingga menjadi lebih rapih nan estetik dengan nuansa putih keabu-abuan.
Berhasil membuat revitalisasi terminal tak membuat Revi berpuas diri.
Revi masih menyimpan satu harapan besar yang belum tercapai yaitu membangun infrastruktur penunjang lainnya di dalam terminal yang dapat menambah fungsi terminal sebagai pusat kegiatan dari masyarakat yang berkelanjutan.
“Saya mau terminal tidak hanya sebagai tempat naik turun penumpang bus, tapi bisa menjadi pendorong dan penggerak perekonomian daerah dan juga sebagai pusat kegiatan sosial, seni dan budaya. Saya mau di terminal dilengkapi dengan sejumlah fasilitas seperti area komersial bagi UMKM, kuliner, pelayanan publik, hotel, tempat belanja, ruang serbaguna, ruang terbuka hijau, tempat olahraga, spot-spot foto, dan lainnya,” ujarnya.
Bagi Revi hal itu dapat dilakukan dan diwujudkan jika pembenahan terus dilakukan tidak sebatas memenuhi bangunan fisiknya saja, tetapi banyak hal yang harus dibenahi, seperti pelayanan, prasarana, sistem, SDM serta banyak lainnya.
Oleh sebab itu, ia secara terus menerus selalu mengimbau salah satunya kepada pemilik PO bus untuk terus melakukan peningkatan SDM di loket-loket karena mereka adalah ujung tombak pelayanan kepada masyarakat.
[Redaktur: Zahara Sitio]