WAHANANEWS.CO, Jakarta - Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) akan menyelenggarakan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 di Jakarta pada 3–7 November 2025. 							
						
							
							
								Agenda besar Gereja Katolik Indonesia ini mengangkat misi utama perdamaian sebagai semangat utamanya.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Misa Penutupan Munas III LP3K: Pesparani Sebagai Wujud Gerakan Sinodal dan Sumber Damai
									
									
										
											
										
									
								
							
							
								“Tema SAGKI 2025 adalah 'Berjalan Bersama sebagai Peziarah Pengharapan: Menjadi Gereja Sinodal yang Misioner untuk Perdamaian',” ujar Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin seperti dilaporkan RRI, Jumat (31/10/2025). 							
						
							
							
								Ia menambahkan, kegiatan tersebut akan diikuti oleh perwakilan dari 38 keuskupan teritorial dan satu keuskupan TNI-Polri.							
						
							
							
								Antonius menjelaskan bahwa SAGKI 2025 merupakan penyelenggaraan kelima setelah sempat tertunda pada tahun 2020 akibat pandemi COVID-19.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Adzan Magrib Berkumandang di KWI Setelah Seabad
									
									
										
									
								
							
							
								Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa gereja yang sinodal adalah gereja yang rendah hati, terbuka, penuh kasih, dan memiliki empati. 							
						
							
							
								Gereja seperti ini tidak menonjolkan kuasa dan otoritas, melainkan menekankan kasih, persaudaraan, serta kebersamaan yang kokoh.							
						
							
							
								“Gereja Katolik menyadari diri sebagai persekutuan umat Allah yang berjalan bersama baik secara internal dengan sesama anggota gereja, maupun secara eksternal dengan sesama anak bangsa saudara-saudari kita dari berbagai kalangan untuk mewartakan kasih Allah,” tuturnya.							
						
							
								
							
							
								Menurut Antonius, SAGKI 2025 diharapkan menjadi momentum penting untuk menjawab berbagai tantangan dan persoalan umat. 							
						
							
							
								Ia juga menyinggung pelaksanaannya yang berdekatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, yang mencerminkan semangat persatuan dalam keberagaman.							
						
							
							
								“Bhinneka tunggal Ika, walaupun bermacam-macam kita satu. Kita tidak menekankan kesamaan, tetapi kesatuan dalam keberagaman,” ucapnya.							
						
							
								
							
							
								Selain mempererat semangat kebersamaan, kegiatan ini juga menjadi wadah refleksi bersama untuk mencari solusi atas berbagai masalah bangsa, seperti kerusakan lingkungan, korupsi, kesenjangan sosial, intoleransi, kekerasan, ketidakadilan gender, hingga tantangan internal dalam kehidupan keuskupan.							
						
							
							
								[Redaktur: Ajat Sudrajat]