WahanaNews.co | Indonesia telah menyalip Filipina sebagai negara dengan
kasus COVID-19 terbanyak di Asia Tenggara pada Kamis (15/10), seiring negara
ini berjuang untuk mengatasi infeksi COVID-19 yang melonjak
dan kasus baru yang mencapai 4.000 kasus sehari.
Dilansir dari mata-matapolitik.com Dengan 4.411 kasus baru dalam 24 jam
terakhir, penghitungan negara terpadat keempat di dunia ini mencapai 349.160
pada Kamis (15/10), tertinggi di Asia Tenggara. Ada 12.268 kematian, juga yang
tertinggi di wilayah tersebut.
Baca Juga:
Efni Efridah, Terdakwa Koropsi Pengadaan Buku di Tebingtinggi Merasa Dikambinghitamkan
Filipina melaporkan 2.261 kasus
baru, meningkatkan totalnya menjadi 348.698, The Straits Times mencatat.
Indonesia melampaui Singapura sebagai negara dengan jumlah infeksi virus corona
terbanyak di kawasan itu pada 17 Juni, posisi yang dipertahankan hingga 6
Agustus ketika Filipina menyalip.
Baca Juga:
Perusahaan BUMN Indra Karya Buka Lowongan Untuk Ratusan Posisi
Indonesia telah melihat pertumbuhan
infeksi yang lebih cepat dalam beberapa bulan terakhir, seiring pembatasan
sosial berskala besar (PSBB) dilonggarkan di banyak wilayah mulai Juni, untuk
melonggarkan tekanan pada ekonomi yang dilanda pandemi. Ekonomi terbesar di
Asia Tenggara ini berada di ambang resesi.
Ibu kota Jakarta melakukan PSBB
kedua pada 14 September dalam upaya terakhir untuk menahan kasus virus corona
yang melonjak dengan cepat.
Pemerintah menyalahkan lonjakan
kasus tersebut pada kegagalan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan,
seperti mengenakan masker dan menjaga jarak sosial, tetapi para kritikus
mengatakan, pihak berwenang telah memprioritaskan pemulihan ekonomi daripada
menangani pandemi dengan benar.
Di Filipina, dengan lebih sedikit
kasus COVID-19 yang muncul, pemerintah telah melonggarkan pembatasan karantina
untuk mempercepat pembukaan kembali ekonomi yang sudah berada dalam resesi,
meskipun ada peringatan dari para ahli bahwa hal ini dapat menyebabkan lonjakan
infeksi.
Pemerintah mengizinkan penumpang
untuk duduk lebih dekat saat menggunakan transportasi umum, dan lebih banyak
bisnis sekarang dapat beroperasi dengan kapasitas penuh. Remaja dan mereka yang
berusia 61 hingga 65 tahun juga sekarang diizinkan keluar dari rumah mereka,
lapor The Straits Times.
Kepala satuan tugas COVID-19
Filipina Carlito Galvez mencatat, jumlah kasus di Filipina telah menurun karena
"perubahan perilaku" di antara masyarakat Filipina, mengacu pada kebiasaan
konsisten mereka dalam memakai masker dan face shield serta menjaga jarak
sosial saat keluar.
Namun, para ahli dari tim peneliti
di Universitas Filipina yang dikelola negara menyuarakan kekhawatiran bahwa
kasus di Metro Manila (wilayah ibu kota) dan di tujuh provinsi baru-baru ini
meningkat tajam.
"Seiring pemerintah pusat memutuskan
untuk lebih memperluas kegiatan ekonomi di seluruh negeri, realitas lonjakan
penularan virus bukan soal apakah, tetapi kapan dan seberapa banyak," tim
peneliti Octa-UP mengatakan dalam sebuah laporan.
Di Indonesia, pihak berwenang telah
meningkatkan upaya pengamanan vaksin untuk mengatasi pandemi. Perusahaan farmasi
yang berbasis di Inggris Raya AstraZeneca telah berkomitmen untuk menyediakan
Indonesia dengan 100 juta dosis vaksin COVID-19, menurut Menteri Luar Negeri
Indonesia Retno Marsudi di London, Rabu (14/10).
Berdasarkan rencana terbaru,
Indonesia berupaya untuk memvaksinasi 160 juta dari hampir 270 juta penduduknya
terhadap virus corona pada akhir tahun depan. Prioritas vaksinasi akan
diberikan kepada orang-orang berusia 19 hingga 59 tahun dan pekerja garis
depan, seperti staf kesehatan, polisi, dan militer, ungkap Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada 2 Oktober.
Produsen vaksin milik negara, Bio
Farma, sedang melakukan uji klinis tahap akhir dari vaksin yang dikembangkan
oleh perusahaan biofarmasi China Sinovac Biotech Ltd, dan bertujuan untuk
memulai produksi vaksin pada Januari, tulis The Straits Times.
Sementara itu, produsen obat yang
berbasis di Jakarta Kalbe Farma (yang bekerja dengan Genexine Korea Selatan
untuk kandidat vaksin lain), akan melakukan uji coba fase kedua untuk
kemanjuran dan kisaran dosis di Indonesia bulan depan, presiden direkturnya
Vidjongtius mengatakan kepada The Straits Times pada Kamis (15/10).
Namun, Dr Pandu Riono, ahli
epidemiologi dari Universitas Indonesia, mempertanyakan desakan pemerintah
untuk mengamankan vaksin sebagai solusi utama untuk menangani pandemi. Vaksin
harus menjadi "solusi jangka panjang" dan menjadi bagian dari rencana strategis
dalam penanganan pandemi dan dampaknya dalam lima tahun ke depan, tambahnya.
Sementara itu, pemerintah harus
tetap fokus menurunkan jumlah kasus dengan mengintensifkan pengawasan, termasuk
pelacakan kontak, dan mengubah perilaku masyarakat, seperti yang dilakukan oleh
negara tetangganya seperti Thailand dan Vietnam, ujarnya.
"Pandemi ini banyak menyerang daerah
di Jawa dan kota besar seperti Jakarta. Jika kita bisa menerapkan (metode)
dengan baik, kita bisa menekan angka penularan," terang dr Pandu kepada The
Straits Times. (JP)