WahanaNews.co |
Memperingati 100 tahun atau satu abad kelahiran Presiden RI ke-2, Soeharto, keluarga
Cendana menggelar acara syukuran di Masjid Agung At-Tin, Taman Mini Indonesia
Indah (TMII), Jakarta Timur, Selasa (8/6/2021).
Pantauan WahanaNews, Selasa (8/6/2021),
sejumlah pejabat juga hadir dalam acara doa bersama tersebut, yang dimulai sekitar
pukul 15.25 WIB dengan salat Ashar berjemaah.
Baca Juga:
Penampakan Baru TMII Setelah Revitalisasi, Cocok Untuk Liburan Sekolah
Terlihat hadir di sana mantan menantu Soeharto
sekaligus Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto; Ketua MPR, Bambang Soesatyo
alias Bamsoet; hingga Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Baca Juga:
Selama Tutup, TMII Klaim Bayar Penuh Gaji 700 Karyawan
Di hadapan para tokoh itulah, putri sulung
Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut, mewakili keluarga, menyampaikan
sambutannya dengan berkisah tentang kiprah sang ayah saat memimpin Indonesia
selama hampir 32 tahun.
Awalnya, Tutut mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang senantiasa masih melantunkan doa dan dzikir untuk mendoakan
Soeharto, hingga kini.
Menurutnya, Soeharto adalah orangtua serta
guru yang sangat dikagumi, disayangi, diteladani, dan dihormati.
"Beliau selalu melangkah dengan semangat
kerja tak kenal lelah, tanpa pamrih, jujur, tekun, tegas, bijaksana, dan pada
setiap langkahnya selalu dilandasi kedisiplinan yang tinggi, sesuai jiwa
kemiliteran yang mengalir sejak usia muda. Dibarengi tuntunan agama yang lekat
dalam jiwanya sejak kecil," ucap Tutut.
"Bapak pantang menyerah dalam
memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil, meskipun banyak kendala yang
dihadapinya," tambahnya.
Tutut mengatakan, sejarah mencatat bahwa
Soeharto bersama elemen-elemen bangsa yang lain ditakdirkan terlibat dalam fase-fase
penting perjalanan bangsa.
Mulai masa perjuangan, mempertahankan
kemerdekaan, hingga masa pembangunan.
"Sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan,
ayahanda kami, yang kala itu masih remaja, turut serta mengangkat senjata
mengusir penjajah, termasuk melakukan perebutan-perebutan senjata penjajah
untuk modal perjuangan bangsa," katanya.
Dia membeberkan sejumlah peran Soeharto dalam
memimpin perjuangan memerdekakan bangsa Indonesia.
Menurut Tutut, Soeharto memimpin Serangan Umum
1 Maret 1949, Operasi Mandala Pembebasan Irian Barat, hingga mengatasi
pemberontakan PKI pada tahun 1965.
"Kemudian, Alhamdulillah, Bapak
ditakdirkan memimpin bangsa ini, dan membawa pada fase pembangunan bangsa
selama lebih 30 tahun berikutnya," ujarnya.
Lebih jauh, Tutut juga menceritakan kiprah
Soeharto pada masa awal pembangunan di tahun 1966.
Saat itu, kata dia, bangsa Indonesia masih
terjebak kemiskinan, di mana 60 persen rakyat Indonesia masih miskin.
"Pada era pembangunan, atau yang kita
kenal dengan era Orde Baru, bangsa kita berhasil membangun ekonominya tumbuh
secara konstan, rata-rata di atas 7% per tahun. Alhamdulillah, kemiskinan
berhasil ditekan ke angka 11% pada tahun 1997," katanya.
Dia menyebut, penghargaan demi penghargaan
dunia telah diterima Indonesia di era kepemimpinan Soeharto.
Di antaranya, pada tahun 1985, Indonesia
mendapatkan penghargaan dari FAO karena dinilai berhasil menciptakan swasembada
beras.
"Ada juga yang menyebutnya sebagai Macan
Asia. Capaian itu tidak bisa dipungkiri, suka atau tidak suka, tentunya menjadi
pijakan bagi tahapan-tahapan pembangunan hingga saat ini," pungkasnya.
Acara syukuran ini sendiri diisi dengan
pengajian bersama berupa pembacaan Yasin, Tahmid, dan Tahlil.
Acara doa bersama ini dipimpin H Ahmad Fauzi
Lubis MA, sedangkan Tahlil dipimpin H Saifullah Ismail MA.
Pun, ceramah disampaikan Prof H Nasaruddin
Umar, yang merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal.
Media Relation
Panitia "Seabad Soeharto", Aron, menyampaikan, satu abad kelahiran Soeharto ini
merupakan momentum istimewa bagi seluruh rakyat Indonesia, khususnya bagi
keluarga besar Soeharto.
"Semasa hidupnya, almarhum Pak Harto
adalah satu putera bangsa yang memberikan segala hal terbaik dari dirinya bagi
ibu pertiwi tercinta. Sejak remaja, Pak Harto memilih menjadi bagian dari anak
zamannya, menjadi pejuang yang merebut dan mempertahankan kemerdekaan dengan
mengangkat senjata," kata Aron, Selasa (8/6/2021).
Dia melanjutkan, Soeharto memiliki rangkaian
peristiwa penting dalam hidupnya terkait Serangan Umum 1 Maret 1949, meredakan
pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah, memimpin operasi Mandala
Pembebasan Irian Barat, serta membawa bangsa Indonesia keluar dari kemelut
nasional pasca-kudeta G30S/PKI.
"Selama memimpin Indonesia, Pak Harto
mengukir banyak prestasi, di antaranya berjasa besar di bidang pembangunan
ekonomi dan pertanian, karena mampu menurunkan tingkat inflasi dari 650 persen
menjadi 12 persen dalam beberapa tahun pertama kepemimpinannya," tutur
Aron.
Dari keterangan Sekretaris Jenderal Partai
Berkarya, Priyo Budi Santoso, putra-putri Soeharto hadir semua.
Enam anaknya itu adalah Siti Hardijanti
Rukmana (Tutut), Sigit Harjojudanto (Sigit), Bambang Trihatmodjo (Bambang),
Siti Hediati Hariyadi (Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami
Endang Adiningsih (Mamiek).
"Ya benar, Mas. Hadir semua," tutur
Priyo, saat dikonfirmasi terpisah, Selasa (8/6/2021).
Demi menghindari penularan Covid-19, para tamu
undangan yang hadir dalam acara syukuran ini dites swab antigen terlebih
dahulu.
Barisan jemaah yang mengikuti acara syukuran
ini juga tampak telah diatur jaraknya sekitar satu meter.
Mereka tidak boleh menduduki tempat yang telah
diberi tanda silang agar menjaga jarak.
Dalam sejarahnya, Soeharto menjadi Presiden
Indonesia yang menjabat paling lama, yakni hampir 32 tahun.
Selama menjabat, Soeharto didampingi sejumlah Wakil
Presiden yang berbeda.
Mulai Hamengkubuwono IX, Adam Malik, Umar
Wirahadikusumah, Soedharmono, Try Sutrisno, hingga Bacharuddin Jusuf (BJ)
Habibie.
Pada 1998, Soeharto, yang dijuluki Bapak
Pembangunan, lengser dari jabatannya.
Lengsernya Soeharto ini merupakan buntut dari
krisis ekonomi yang menimbulkan demonstrasi mahasiswa di sejumlah daerah.
Aksi mahasiswa ini menuntut reformasi segera
dilakukan dan Soeharto turun dari tampuk kekuasaannya. [qnt]