WahanaNews.co | Berbagai kasus asusila kekinian yang viral dan menjadi perhatian masyarakat luas sangatlah memprihatinkan. Mulai dari kasus pelecehan, pencabulan dan hingga terjadinya pemerkosaan.
Mirisnya, banyak kasus asusila tersebut terjadi di lingkungan pendidikan dan dilakukan oleh oknum pengurus institusi pesantren serta institusi sejenis lainnya.
Baca Juga:
Kemen PPPA Siapkan 3 Langkah Tangani Kasus Asusila dengan Korban Anak Difabel di Jakbar
Seperti kasus asusila terhadap santri yang viral diduga dilakukan oleh putra salah satu pengasuh pondok pesantren terkenal di Jombang - Jatim, bernama Mas Bechi atau inisial MSAT dan juga kasus asusila yang dilakukan seorang motivator dengan nama Julianto yang memperkosa banyak murid asuhnya.
Kemudian kasus asusila di pesantren yang ada di wilayah Depok,Banyuwangi dan daerah lainnya. Sangat mungkin ada lebih banyak kasus sejenis yang tidak terekspose oleh awak media.
Padahal seharusnya merekalah para pengurus institusi pendidikan yang menjadi contoh keteladanan dan moralitas (akhlaq) bagi murid atau santrinya,bukan justru mengeksploitasi dengan berbagai modus nafsu syahwat.
Baca Juga:
Aksi Bejat Pria di Bintan, Jadikan Anak Tiri Pelampiasan Nafsu Selama Dua Tahun
Ironis memang, tentu membuat sebagian para orang tua khawatir dengan fenomena tersebut apabila mempunyai anak remaja yang sedang mondok atau ingin masuk institusi pesantren. Apalagi masyarakat Indonesia mudah terprovokasi terkait kasus asusila dan viral.
Bukan hanya berimplikasi jatuhnya mental serta psikis para korban asusila, tetapi juga dampak sosial bagi keluarga korban yang hidup ditengah masyarakat heterogen dan multi agama. Kasus tersebut menjadi sorotan publik hingga pemerintah negara.
Sebagai seorang perempuan sekaligus seorang Ibu dan juga salah satu pimpinan organisasi yang mewadahi perempuan di DKI Jakarta (Sekwil DPW Srikandi Pemuda Pancasila DKI Jakarta), tidak terkecuali Hj.Jihan Azka Savitrie, SH yang bahkan mengutuk keras kebejatan para pelaku kasus asusila.