WahanaNews.co | Profesor Riset bidang Meteorologi pada Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Eddy Hermawan, menyatakan, land subsidence atau penurunan tanah di DKI Jakarta per tahun tidaklah sebesar di Pekalongan, Jawa Tengah.
Menurut Eddy, Pekalongan merupakan daerah yang mengalami penurunan tanah terbesar per tahun dibandingkan daerah lain di Kawasan Pantai Utara (Pantura) Jawa.
Baca Juga:
Jakarta di Prediksi Bakal Tenggelam
Eddy mengatakan, penurunan tanah di Pekalongan mencapai antara 2,1 hingga 11 sentimeter per tahun.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan penurunan tanah di kota-kota di Kawasan Pantura lainnya yaitu Jakarta, Cirebon, Semarang, Surabaya.
"DKI Jakarta [0,1-8 cm/tahun], Cirebon [0,3-4 cm/tahun], Pekalongan [2,1-11 cm/tahun], Semarang [0,9-6 cm/tahun], dan Surabaya [0,3-4,3 cm/tahun]," demikian paparan Eddy dalam Webinar Lecture Series Majelis Profesor Riset (MPR) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang berlangsung daring, Rabu (6/10/2021).
Baca Juga:
Usia 6 Negara Ini Diprediksi Tinggal 100 Tahun Lagi, Termasuk Indonesia!
Senada, Profesor Riset bidang Geoteknologi-Hidrogeologi, Robert Delinom, menyampaikan, beberapa daerah di kawasan Pantura tercatat mengalami penurunan tanah yang signifikan seperti Jakarta (1-10 cm per tahun), Semarang dan Demak (1-10 cm per tahun), Indramayu (2-10 cm per tahun), serta Surabaya (1-2 cm per tahun).
Delinom menjelaskan, amblesan tanah yang terjadi di Jakarta terjadi karena kompaksi buatan, pengambilan air tanah, pembangunan, aktivitas tektonik.
Akan tetapi, Delinom mengatakan, penyebab penurunan tanah yang utama di Kawasan Pantura ialah batuan lempung yang memang banyak ditemukan di kawasan bagian utara.
"Penyebab tanah turun memang ada yang paling berperan penting itu batuan lempung. Batuan lempung dapat banyak kita temui di bagian utara, daerah yang masih sangat muda batuannya," katanya. [dhn]