"Aktivitas vulkanik Gunung Marapi pada awal tahun 2023, didominasi oleh erupsi eksplosif yang berlangsung sejak 7 Januari 2023 hingga 20 Februari 2023 dengan tinggi kolom erupsi berkisar antara 75-1000 meter di atas puncak," kata Hendra.
Selanjutnya erupsi berhenti dan aktivitas kegempaan lebih didominasi oleh gempa tektonik lokal dan tektonik jauh.
Baca Juga:
PVMBG Laporkan Hasil Penyelidikan Pergerakan Tanah di Gunung Marapi Sumatera Barat
Namun demikian, jenis gempa vulkanik masih terekam meskipun dalam jumlah yang relatif rendah yang mengindikasikan masih tetap ada dorongan magma atau fluida dari kedalaman.
Pascaerupsi oada 3 Desember 2023, erupsi lanjutan masih berlangsung hingga saat ini.
Jumlah erupsi harian cenderung menurun namun sebaliknya jumlah gempa low frequency dan vulkanik dalam (VA) cenderung meningkat yang mengindikasikan pasokan magma dari kedalaman masih terjadi dan cenderung meningkat.
Baca Juga:
Kemensos Pindahkan Pengungsi Terdampak Lahar Dingin Gunung Marapi ke Tempat Aman
Hal ini juga terlihat dari grafik baseline RSAM yang masih di atas normal dan data tiltmeter yang cenderung mendatar.
Adanya aktivitas erupsi yang teramati secara visual dan masih terekamnya gempa erupsi serta gempa embusan yang disertai dengan tremor menerus menunjukkan aktivitas Gunung Marapi masih tergolong tinggi.
"Data dari satelit Sentinel juga menunjukkan bahwa laju emisi (fluks) gas SO2 yang dihasilkan dari aktivitas Gunung Marapi saat ini tergolong tinggi. Kehadiran magma di dalam dasar kawah yang terindikasi sejak teramatinya pancaran sinar api di puncak Gunung Marapi pada 6 Desember 2023 malam hari dan teramatinya lontaran material pijar pada erupsi-erupsi berikutnya menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tipe erupsi/letusan dari tipe freatik menjadi tipe magmatik," kata Hendra.