WahanaNews.co |
Masukanya Warga negara asing (WNA) asal China ke Indonesia di tengah larangan
mudik 2021 oleh pemerintah, menuai berbagai respons dan menyebut bahwa pemerintah
tidak peka terhadap kondisi saat ini.
Baca Juga:
Fasilitas Lengkap, SPKLU Rest Area KM 6B Jadi Sasaran Pemudik Mobil Listrik
Politikus PDI Perjuangan Aria Bima mempunyai pandangan
berbeda terkait masuknya WNA tersebut. Menurutnya ada ketentuan-ketentuan
khusus yang sudah disepakati antarnegara sehingga warga asing bisa masuk ke Indonesia.
"Semua ada protokolernya, warga asing masuk ke sini
(Indonesia), warga kita (juga) boleh masuk ke negara mereka. Ada ketentuan di
masing-masing negara, negara sudah menyepakati yang sama," ujar Aria Bima
kepada wartawan di Solo melalui temu virtual, Selasa (11/5/2021) malam.
Menurutnya, ada ketergantungan negara yang cukup kuat
sehingga masuknya WNA tidak bisa dihindari. Dia mencontohkan, seperti halnya
dulu Indonesia juga pernah ketergantungan dengan India sebagai penyuplai bahan
baku vitamin C.
Baca Juga:
Kemenparekraf Apresiasi ASDP Bangun Destinasi Wisata Baru 'Bakauheni Harbour City'
"Kemudian India menutup, sehingga menjadi kesulitan
(bahan baku). (Dengan China) ini ada ketergantungan masker, serta alat-alat
kesehatan kita masih tergantung. Dan tidak mungkin kita mengambil sikap seperti
China ataupun Vietnam," ucapnya.
Aria Bima juga mengatakan, bahwa polemik masuknya puluhan
WNA itu tidak bisa disandingkan dengan kebijakan larangan mudik. Larangan mudik
adalah upaya pemerintah dalam mencegah penyebaran virus Corona.
"Menurut saya, (diperbolehkan masuk) WNA ini tidak bisa
dipersandingkan dengan larangan mudik. Semua tahu kalau naik kereta api, bus,
pesawat itu waspada betul. Karena itu penyebarannya di situ," urainya.
Dan jika sampai ada 1,5 juta orang mudik maka potensi
penyebaran virus Corona juga akan sangat besar. Dan negara bisa saja akan
kewalahan untuk mengatasi ledakan kasus yang bisa terjadi tersebut.
"Jujur tidak mampu kalau 1,5 juta orang mudik 75 ribu
kena saja sudah buyar semuanya. Kalau 1,5 juta kumpul, satu orang ketemu 5
orang, bisa menularkan ke 4,5 juta orang. Memang kita belum bisa men-swab-kan
semua warga, tindakan yang paling tepat mengurangi sekecil mungkin
kerumunan," pungkas Aria Bima. [dhn]