WahanaNews.co | Yunvika Perangin-angin, kader yang saat ini menjabat Bendahara Pemuda Batak Bersatu (PBB) Jakarta Barat berbagi cerita awal mula ia bergabung dengan PBB langsung jatuh cinta dengan kegiatan sosial ormas besutan Lambok F. Sihombing ini.
Siapakah Yunvika Perangin-angin? Berikut ini ulasannya.
Baca Juga:
Rakernas 2024, Ketum Harap PBB Berkontribusi Membangun Bangsa
Perempuan yang kerap dipanggil Vika ini lahir di Medan pada 44 tahun silam dari pasangan orangtua campuran China dan Batak.
Ia menempuh pendidikan TK hingga SMP di sekolah Methodist 3 Medan. SMA di sekolah Methodist 2 Medan. Pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) dari Universitas Tarumanegara (Untar), Jakarta.
Pada 2020, Vika sangat berduka. Suami yang telah memberinya 3 orang anak meninggal mendadak.
Baca Juga:
Serahkan SK, Ini Pesan Ronal Sihotang ke Pengurus dan Anggota Pemuda Batak Bersatu Kembangan
“Suami saya meninggal mendadak karena serangan jantung. Pagi dibangunin sudah kondisi kaku,” kenangnya.
Belum hilang duka yang dialami Vika, setahun sesudahnya, anak bontotnya ikut juga dipanggil Tuhan.
“Anak saya cuman satu malam di UGD dan Tuhan memanggilnya. Saya sedih dan depresi,” tambah Vika.
Vika bercerita tidak bisa berbuat banyak saat kondisi dua orang belahan jiwanya itu dalam situasi sekarat. Saat itu, ia berusaha meminta pertolongan pertama ke tetangga komplek rumahnya di daerah Cengkareng agar suami dan anaknya dibantu untuk dibawa ke rumah sakit.
“Tak satupun yang mau membantuku. Saya teriak-teriak minta tolong sampai ke luar rumah tapi tidak ada yang nolongin. Saya benar-benar depresi sekali waktu itu,” ungkap Vika.
Yunvika bersama kedua anaknya, Callysta Evangelyn dan Duncan Eugenio yang selalu memberi dukungan kepada dirinya aktif dalam kegiatan sosial Pemuda Batak Bersatu. (Foto: Ist)
Sebelum mengenal ormas PBB, Vika sudah pernah aktif juga di salah satu ormas etnis China. Namun, karena ia menyandang boru Perangin-angin, maka pada 2021, meski masih diselimuti duka, Vika mulai mencari-cari ormas etnis Batak melalui mesin pencari google. Muncul nama ormas PBB.
Ia mencoba menelepon ormas PBB dan mengajukan diri menjadi anggota. Ia pun diminta agar langsung datang ke sekretariat PBB di Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat dengan membawa kartu identitas.
“Saya jawab tidak bisa datang hari itu, namun saya minta dishare lokasi alamat,” kata Vika kepada WahanaNews.co, usai menghadiri Perayaan HUT ke-5 PBB di Sekretariat PBB di Rawa Buaya, Cengkareng, Minggu (13/10/2024).
Vika pun secara diam-diam mendatangi alamat lokasi sekretariat untuk memastikan kebenaran ormas PBB itu.
“Ternyata benar. Ada ormas PBB dan sekretariatnya juga ada. Saya langsung mendaftar menjadi anggota,” tambahnya.
Sehari setelah mendaftar, Vika langsung ikut melakukan kegiatan sosial PBB. Meski belum menggunakan seragam PBB, Vika langsung berbaur dengan anggota lain. Komunikasinya dengan anggota lain terbilang sangat baik karena ia dikenal sangat supel dan ramah dalam bersosialisasi.
Terjun langsung melakukan kegiatan sosial, Vika semakin yakin bahwa kegiatan sosial PBB yang ia lihat di media sosial sebelum bergabung ternyata benar-benar dilakukan dengan tulus dan sukacita. Ia pun langsung jatuh cinta kepada PBB.
“Sebenarnya waktu saya masuk PBB karena kondisi depresi ditinggal suami dan anak bontotku. Waktu suami dan anaku sakit, saya teriak-teriak minta tolong ke tetangga, tapi tidak ada yang mau tolongin. Coba dari dulu saya gabung PBB. PBB ngk lihat ini dan itu, langsung ditolong. Jika dulu saya tidak bisa nolongin suami dan anak, melalui PBB ini saya bisa nolongin orang lain,” kenang Vika membangkitkan semangatnya.
Resmi jadi anggota PBB, Vika ternyata mendapat penolakan sang ibu. Di mata ibu, ormas itu benar-benar negatif, kerjanya berkelahi dan suka ribut di sana sini.
Bahkan, ibunya berniat mau membakar seragam PBB milik Vika jika masih terus ikut di ormas PBB.
Namun, sang Ibu akhirnya mendukung Vika aktif di PBB berkat postingan kegiatan-kegiatan positif PBB yang kerap Vika unggah di media sosial.
Tak hanya itu, kegiatan sosial yang dilakukan Vika di PBB juga mendapat dukungan positif dari keluarga lainnya maupun sahabatnya dari etnis China.
“Contohnya adek saya yang tinggal di Lampung selalu ikut nyumbang uang dan barang untuk mendukung kegiatan sosial PBB,” katanya.
Harapan kepada Pemuda Batak Bersatu
Tiga tahun menjadi anggota atau kader, Vika berharap agar PBB bisa semakin banyak anggotanya supaya lebih banyak lagi orang lain bisa dibantu bukan hanya di wilayah Jakarta Barat, tapi dimana pun tinggal.
“Ngak perlu lihat wilayah, dimana pun kita berada, yang bisa kita bantu, kita bantu. PBB Jakarta Timur dulu saya pernah nyumbang peti jenazah ke situ. Mereka bilang dana dari anggota tidak ada. Saya cari. Memang dananya bukan dari aku tapi saya bisa cari ke teman dan relasiku,” tambahnya.
Terkait kegiatan sosial PBB di Jakarta Barat, menurut Vika hingga saat ini sudah bagus, hanya kesolidan rekan-rekan juga dirasa masih kurang.
“Ada yang mikirin biaya, faktor ekonomi juga. Tapi sebenarnya di PBB itu, kalau ngak bisa waktu, kasilah pemikiran buat rekan-rekan. Ya ibaratnya saling dukung,” ujarnya.
Aktif melakukan kegiatan sosial, Vika mau menanamkan pelajaran penting untuk kedua anak, Callysta Evangelyn dan Duncan Eugenio agar bisa menjadi sosok atau pribadi yang selalu rendah hati dan tidak sombong. Selalu upayakan membantu semampu kita.
“Ibaratnya jangan tangan di ataslah, kita lebih baik memberi daripada menerima, itu yang selalu saya tanamkan ke anak-anakku, bahkan sejak mereka dari kecil. Itu juga didikan dari almarhum suami saya,” pungkas Vika.
Anak pertama Vika bernama Callysta Evangelyn, saat ini tengah kuliah di Harbin Institute of Technology di China jurusan IT dengan mendapatkan beasiswa dari kedutaan China. Sejak SMA di Pah Tsung, Jakarta Barat, Callysta pun telah mendapat beasiswa penuh dari pihak sekolah.
Anak kedua bernama Duncan Eugenio, tengah menempuh pendidikan SMA kelas 2 di sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat.
Sebelum melakukan aktivitas keseharian, Vika biasanya ngopi hingga 5 gelas bisa habis per harinya.
“Sejak kecil, pagi wajib ngopi, kalau ngak ngopi, otak ngak bisa mikir. Pokoknya awali pagi itu dengan ngopi,” pungkasnya.
[Redaktur: Zahara Sitio]