WAHANANEWS.CO, Jakarta - Coco Gauff kembali menulis bab baru dalam karier gemilangnya setelah menjuarai Wuhan Open 2025 pada Minggu (12/10/2025).
Petenis muda Amerika Serikat berusia 21 tahun ini sukses menaklukkan rekan senegaranya, Jessica Pegula, dalam final yang berlangsung sengit.
Baca Juga:
Djokovic Akui Pertarungan Berat Lawan Munar: Sempat Muntah dan Jatuh di Lapangan
Kemenangan ini bukan sekadar menambah koleksi trofinya, tetapi juga menegaskan statusnya sebagai pemain paling konsisten di lapangan keras dengan catatan luar biasa: menang di sembilan final hard court pertamanya rekor yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam sejarah tenis modern.
Dalam duel yang digelar di Optics Valley International Tennis Center, Gauff tampil tangguh sejak awal dan mengakhiri pertandingan dengan skor 6-4, 7-5 hanya dalam waktu satu jam 42 menit.
Hasil ini mempersembahkan gelar tunggal ke-11 sepanjang kariernya, sekaligus gelar kedua di musim 2025 setelah kemenangan gemilangnya di French Open.
Baca Juga:
Rekrutmen PLN 2025 Ditutup, 245 Ribu Lebih Pelamar Berebut Kesempatan Jadi Bagian Transformasi Energi Nasional
Sepanjang turnamen Wuhan Open, Gauff menunjukkan performa yang luar biasa stabil.
Sejak babak kedua hingga partai puncak, ia tidak kehilangan satu set pun dan bahkan mencatat rekor baru dengan hanya kehilangan 25 gim saja jumlah paling sedikit sepanjang sejarah penyelenggaraan turnamen tersebut.
Dalam pidato kemenangannya, Gauff menyampaikan rasa terima kasih mendalam kepada seluruh tim serta pelatihnya, Jean-Christophe Faurel.
Ia mengungkapkan bahwa dorongan untuk tampil maksimal datang dari motivasi unik yang diberikan sang pelatih.
“Awalnya pelatih tidak ingin saya ikut turnamen ini setelah US Open yang berat, tapi saya ingin membuktikan diri. Mungkin dia sengaja bilang begitu agar saya bisa tampil bagus di sini,” ujar Gauff dikutip dari BBC.
Pertandingan final berjalan dramatis, terutama pada set kedua ketika Pegula sempat unggul 3-0.
Namun Gauff berhasil bangkit dan merebut empat gim beruntun, sebelum akhirnya menutup pertandingan dengan forehand winner yang menjadi penentu kemenangan.
“Kamu ratu tiga set, jadi saya bertekad tidak memberi kesempatan kali ini. Saya rasa peluangmu akan lebih besar jika memainkan set ketiga,” kata Gauff sambil memuji penampilan Pegula di sela seremoni kemenangan.
Pegula sendiri tampil luar biasa sepanjang turnamen. Ia selalu melakoni delapan pertandingan tiga set sebelum mencapai final, sebuah catatan ketangguhan tersendiri.
Namun, di laga puncak kali ini, Gauff tampil lebih efisien dan menuntaskan seluruh pertandingannya dengan dua set langsung.
“Suatu kehormatan bisa bermain melawan teman sendiri dan rekan senegara di final. Ini final pertama kami, dan saya menikmati setiap momennya,” ujar Pegula.
Kedua petenis ini bukan sosok asing bagi satu sama lain. Dua tahun lalu, mereka berduet dan memenangkan gelar ganda Miami Open 2023.
Kini, mereka kembali berdiri berdampingan di podium namun hanya Gauff yang berhasil mengangkat trofi tunggal.
Dengan kemenangan di Wuhan, Gauff melanjutkan dominasinya di Asia.
Setelah tahun lalu menjuarai China Open, kini ia menyapu bersih dua turnamen WTA 1000 di Tiongkok secara beruntun.
Tambahan poin besar ini semakin memperkokoh posisinya di peringkat tiga dunia, sekaligus menjadi modal kuat menuju WTA Finals 2025 di Riyadh bulan depan.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]