“Karena memang dulunya boling center ini banyak di Mall Indonesia, tapi sekarang ini banyak berkurang, ini tantangan buat kami karena di situ atlet kita akan bisa berkembang dan kita merekrut dari situ,” ujarnya.
Bahkan tanpa adanya boling center, dia menambahkan, atlet tidak memiliki fasilitas untuk berlatih meningkatkan keahliannya.
Baca Juga:
Olympic Day Jadi Ajang Sosialisasi untuk Dukung Atlet Indonesia di Olimpiade 2024 Paris
“Tanpa boling center kita kurang banyak latihan prestasi yang kita harapkan. Itu arahan dari Ketua KOI,” katanya.
Kendati demikian, Ketua KOI Raja Sapta Oktohari mengatakan, boling bukanlah olahraga yang mudah dan memiliki banyak tantangan.
“Kira-kira tantangan pertama tempat, olahraga ini kan olahraga komersil dan komunitas tapi untuk profesionalnya seperti di Sea Games juga cukup sulit. Kedua pelatih, ketiga wasit, keempat event, kelima vanue, keenam organisasi,” kata Raja Sapta Oktohari kepada wartawan, di Jakarta.
Baca Juga:
Menpora Harap Atlet Indonesia Rebut Banyak Emas di Olimpiade dan Paralimpiade 2024
Menurut Raja, saat ini banyak orang terbalik dalam mengurusi bidang olahraga. Pasalnya, terlalu sibuk mengurus organisasi dan mulai melupakan aspek lainnya.
“Untuk organisasi sendiri kalau internal saya pikir semua sudah khatam semua, cuman kadang-kadang kita terlalu sibuk sama urusan internal. Masalah dari semua cabang olahraga,” jelasnya.
Dalam dunia boling, kejuaraan tertinggi adalah Piala Dunia Bowling QubicaAMF yang diikuti oleh sejumlah negara yang pertama kali digelar sejak 1965.