PRESTASI sebuah tim sepakbola tidak dapat dilepaskan dari peran pelatih.
Saat tim mendapat kemenangan atau prestasi, nama pelatih turut disanjung.
Baca Juga:
Kalahkan Filipina 2-0 di SUGBK, Indonesia Lolos Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026
Hal sebaliknya juga terjadi saat mengalami kekalahan.
Sang pelatih harus siap-siap menerima kritikan publik.
Ini juga dialami Shin Tae-yong yang berhasil membawa tim nasional sepakbola Indonesia melaju ke babak final Piala AFF 2020.
Baca Juga:
Kerap 'Dikerjai' Wasit, STY: Mentalitas Timnas Indonesia Sudah Terbentuk dengan Baik
Kemenangan atas tuan rumah Singapura pada 26 Desember 2021 dengan skor 4-2 membuat nama pelatih Shin Tae-yong banyak dicari dan diperbincangan publik di media sosial dan mesin pencari internet.
Pantauan yang dilakukan di Google Trends menunjukkan momentum lolosnya timnas Indonesia ke final Piala AFF menjadi puncak pencarian informasi tentang Shin Tae-yong.
Saat itu pengguna internet di Indonesia yang mencari informasi di Google mencapai titik tertinggi, yaitu 100.
Dengan rentang skala 0-100 yang digunakan Google Trends, pencarian informasi tentang Shin Tae-yong saat meloloskan timnas ke babak final menjadi kueri yang paling banyak dicari di Google.
Namun, kondisi ini berbeda dengan saat timnas lolos dari babak penyisihan grup ke babak semifinal pada 19 Desember 2021.
Walaupun berhasil mengalahkan Malaysia di pertandingan terakhir dengan skor 4-1 dan menjadi juara grup, antusiasme warganet mencari informasi tentang Shin Tae-yong tidak setinggi pada 26 Desember 2021.
Fenomena relasi prestasi timnas dengan kinerja pelatih Shin Tae-yong juga muncul di media sosial.
Namun, sedikit berbeda dengan puncak pencarian di Google, konten dan perbincangan tentang Shin Tae-yong justru terjadi saat final laga kedua antara timnas Indonesia melawan Thailand pada 1 Januari 2022.
Meskipun akhirnya belum berhasil meraih gelar juara, keberhasilan timnas Indonesia mencetak dua gol dan menahan imbang Thailand dengan skor 2-2 memicu perbincangan hangat warganet hingga sehari sesudahnya, yaitu 2 Januari 2022.
Saat itu tidak kurang ada 2.500 konten yang memperbincangkan Shin Tae-yong.
Pantauan melalui aplikasi Talkwalker menunjukkan sejak 28 Desember 2021 hingga 4 Januari 2022 terdapat 32,7 ribu share konten dan perbincangan seputar Shin Tae-yong di media sosial dengan 644,3 ribu engagement.
Dari tagar yang digunakan, sosok Shin Tae-yong dapat dibagi dalam dua figur.
Pertama, Shin Tae-yong identik dengan Piala AFF.
Tagar dan diksi yang banyak muncul seputar Shin Tae-yong adalah ”AFF Suzuki Cup”, ”AFF Suzuki Cup 2020”, ”timnas Indonesia”, atau ”timnas day”.
Selain momentum Piala AFF, sosok Shin Tae-yong di media sosial juga memunculkan gambaran semangat persatuan bangsa.
Hal ini terlihat dari tagar yang banyak diusung warganet seperti ”selamanya garuda”, ”kita garuda”, ”bangga sepak bola kita”, ”emerging-stronger-together”, atau ”garuda di dada”.
Momentum Piala AFF boleh dikatakan telah menumbuhkan nasionalisme warganet Indonesia yang biasanya terbelah akibat perbedaan paradigma politik dan identitas yang kencang berembus di media sosial.
Sepakbola menjelma menjadi wahana nasionalisme yang bersumber dari kesadaran kolektif akan tujuan bersama, yaitu mendukung kemenangan timnas Indonesia.
Dari diksi berikutnya yang banyak muncul seperti ”meraih impian” dan ”Indonesia juara”, semangat persatuan tersebut juga diiringi dengan harapan kemenangan bagi timnas Indonesia.
Tidak heran jika tagar ini juga mengemuka saat warganet memperbincangkan Shin Tae-yong mengingat paceklik prestasi yang dialami timnas Indonesia selama ini.
Dari rekam jejak pertandingan di Piala AFF (dulu bernama Piala Tiger), timnas Indonesia belum pernah meraih juara.
Final pada 29 Desember 2021 dan 1 Januari 2022 ini menjadi laga puncak yang keenam bagi Indonesia.
Dari lima pertandingan final Piala AFF sebelumnya, timnas Indonesia belum berhasil menjadi juara.
Pendukung
Hal menarik lainnya dari penelusuran Shin Tae-yong di media sosial adalah barisan pendukungnya.
Dari profil demografi warganet, terlihat sebagian besar (85 persen) yang berbagi konten dan berbincang tentang sang pelatih ini berasal dari Indonesia.
Hal ini tentu saja sejalan dengan keberadaannya sebagai pelatih tim Garuda.
Namun, di luar Indonesia, ada pula warganet yang menyoroti Shin Tae-yong dari negara lain seperti Vietnam, Malaysia, Amerika Serikat, Inggris, Latvia, Irak, Jepang, dan India.
Pamor pelatih timnas Indonesia ini cukup menyita perhatian publik negara-negara lain.
Dari sebaran lokasinya, terlihat dua negara, yaitu Vietnam dan Malaysia, yang menjadi saingan berat Indonesia di Piala AFF.
Bersama Vietnam dan Malaysia, Indonesia berada di grup yang sama, yaitu Grup B.
Kedua tim merupakan lawan terberat Indonesia untuk lolos ke babak semifinal.
Indonesia akhirnya berhasil menjadi juara grup setelah mengalahkan Kamboja, Laos, dan Malaysia.
Sementara saat menghadapi Vietnam, Indonesia berbagi hasil imbang 0-0.
Latar belakang demografi juga menangkap usia dan jenis kelamin warganet yang banyak memperbincangkan Shin Tae-yong.
Dari jenis kelamin, proporsi paling banyak adalah pengguna internet laki-laki (63 persen), lalu perempuan 37 persen.
Adapun dari usia paling banyak adalah kalangan muda berusia 18-24 tahun (51 persen) dan 25-34 tahun (45 persen).
Top influencer isu Shin Tae-yong di media sosial ialah tautan berita dari sejumlah portal, terutama Detik.com, diikuti Inews.com, Tempo.co, serta Kompas.com.
Sejumlah reporter dan editor portal berita juga terlihat aktif melakukan posting terkait Shin Tae-yong.
Dari jenis media yang digunakan, isu Shin Tae-yong di media sosial banyak diangkat melalui Twitter, kemudian portal berita, blog, serta koran.
Hasil share yang dibagikan melalui Twitter mencapai 19,3 ribu konten atau mencapai 67 persen dari total perbincangan terkait Shin Tae-yong.
Secara umum, ada tiga hal yang menjadi pusat perbincangan warganet mengenai Shin Tae-yong, yaitu tekad permainan di final, persaingan dengan negara lain, serta pemain-pemain muda yang dibawa Shin Tae-yong di Piala AFF.
Pertama adalah tekad permainan, yang merujuk saat menjelang laga kedua final Piala AFF yang digelar 1 Januari 2021.
Saat itu posisi Indonesia sudah tertinggal 0-4 dari Thailand di pertandingan pertama.
Bagi Indonesia, pertandingan kedua tersebut pasti tidak mudah dilakukan mengingat selisih gol yang cukup besar.
Namun, dengan konten optimistis para pemain Indonesia yang banyak dibagikan di media sosial kemudian menuai dukungan dari warganet.
Salah satu tautan berita yang banyak diperbincangkan adalah keinginan para pemain timnas yang punya tekad untuk menebus kekalahan di laga pertama.
Optimisme itu disampaikan salah satunya oleh Evan Dimas yang menyebutkan akan menyelesaikan pertandingan dengan hasil yang baik.
Dinamika
Topik kedua yang banyak menjadi perhatian warganet adalah kekuatan sepakbola negara-negara di Asia Tenggara.
Sebagaimana konten tentang tekad timnas Indonesia, topik ini juga berkibar seusai laga pertama final Piala AFF.
Hasil akhir pertandingan yang dimenangi Thailand memberikan ulasan mengenai peta kekuatan sepakbola di Asia Tenggara yang masih dikuasai Thailand dan Vietnam.
Secara khusus, Shin Tae-yong juga mengakui bahwa kualitas pemain-pemain Thailand masih di atas Indonesia.
Konferensi pers pelatih Indonesia seusai kalah dari Thailand di laga pertama ini memang ditunggu-tunggu publik.
Kekalahan timnas di laga pertama ini sempat menurunkan dukungan warganet terhadap Shin Tae-yong pada 29-30 Desember 2021.
Strategi permainan yang terlalu bertahan dan menurunkan pemain yang tidak agresif menjadi dua topik sentimen negatif warganet kepada Shin Tae-yong.
Salah satu cuitan yang trending saat itu adalah #Game Over.
Momentum yang terjadi sesaat setelah timnas Indonesia kalah 0-4 dari Thailand tersebut disambut 43,8 ribu tweets hingga pukul 22.00 WIB.
Beberapa pemain yang dianggap tidak tampil optimal pun menjadi sasaran kekecewaan warganet.
Shin Tae-yong mengakui Thailand mampu menekan permainan Indonesia dan hanya menyisakan strategi bertahan sambil sesekali melakukan serangan balik.
Walau mengalami hasil kurang menguntungkan, Shin Tae-yong juga meminta para pemainnya untuk tetap bekerja keras sampai pertandingan berakhir.
Topik ketiga yang juga menjadi pusat perbincangan di media sosial adalah kiprah pemain-pemain muda binaan Shin Tae-yong.
Pencarian informasi dan perbincangan seputar Shin Tae-yong tidak melulu tertuju kepada sosok pelatih, tetapi juga sejumlah pemain.
Dalam kerangka ini, Shin Tae-yong diposisikan sebagai sosok yang mencari dan membentuk karakter pemain dalam suatu tim.
Munculnya pemain-pemain muda berbakat menjadi prestasi tersendiri yang diamati warganet dari figur kepelatihan Shin Tae-yong.
Nama-nama seperti Asnawi Mangkualam (22 tahun), Elkan Baggot (19 tahun), Dewangga (20 tahun), atau Pratama Arhan (20 tahun) menjadi warna tersendiri bagi tim yang dibentuk sang pelatih.
Dibandingkan dengan Thailand, daya jelajah pemain-pemain muda Indonesia ini memang masih kurang pengalaman.
Dengan rata-rata usia 27 tahun, pemain-pemain Thailand sudah lebih lama malang melintang di berbagai pertandingan internasional.
Namun, permainan tim ”Garuda Muda” ini memberikan capaian yang meyakinkan.
Kerja keras mereka membuat timnas berhasil lolos ke partai final.
Indonesia juga merupakan tim dengan produktivitas gol terbanyak di Piala AFF dengan 20 gol.
Di babak penyisihan, Indonesia berhasil mengemas 13 gol dari empat pertandingan yang dijalani.
Prestasi membentuk timnas masa depan dengan memberikan kesempatan para pemain muda untuk tampil di turnamen internasional menjadi catatan prestasi tersendiri bagi Shin Tae-yong di mata warganet.
Cerita sukses ini juga membuat para pengguna internet dan media sosial ini juga makin intensif mencari profil dan latar belakang Shin Tae-yong, bahkan termasuk informasi tentang berapa gaji yang diterimanya sebagai pelatih timnas.
Rekam jejak Shin Tae-yong pernah membawa Korsel menembus final Piala Dunia U-20 pada 2019 di Polandia.
Bagi warganet Indonesia, impian memiliki timnas di masa depan sebagaimana pasukan muda Korsel merupakan prestasi utama yang telah diberikan Shin Tae-yong dari ajang Piala AFF 2020.
Apresiasi warganet juga ditunjukkan dengan membagikan harapan Shin Tae-yong terhadap sejumlah pemain muda Indonesia.
Dari tautan berita Antara yang dibagikan di media sosial, Shin Tae-yong menyambut baik ketertarikan klub-klub luar negeri terhadap beberapa pemain timnas.
Kesempatan ini dipandangnya sebagai sebuah keuntungan bagi Indonesia.
Dengan bermain di negara-negara yang sudah mapan kompetisinya seperti Jepang dan Korsel, para pemain Indonesia dapat belajar meraih budaya sepakbola untuk pengembangan kualitas di Tanah Air.
Namun, visi ini juga harus didukung kompetisi profesional agar terus muncul pemain-pemain berbakat yang dapat mengharumkan prestasi sepakbola nasional.
Tanpa pembinaan dan kompetisi, lembaran prestasi Shin Tae-yong hanya akan meninggalkan kenangan sesaat di benak publik. (Andreas Yoga Prasetyo)-yhr
Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul “Dinamika Dukungan untuk Shin Tae-yong di Media Sosial”. Klik untuk baca: Dinamika Dukungan untuk Shin Tae-yong di Media Sosial - Kompas.id.