WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketika peluit akhir berbunyi dan mimpi lolos ke Piala Dunia 2026 hancur di mata jutaan pendukung, Timnas Indonesia tak hanya kalah dari Irak, tetapi juga dari serangkaian keputusan wasit yang memicu amarah publik sepak bola nasional.
Harapan Timnas Indonesia untuk tampil di Piala Dunia 2026 resmi pupus setelah kalah 0-1 dari Irak di King Abdullah Sports City, Jeddah, Minggu (12/10/2025), dalam laga penuh tensi dan drama di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Baca Juga:
Misi Sulit Timnas Indonesia: Taklukkan Irak dan Jaga Asa Lolos ke Piala Dunia
Ini menjadi kekalahan kedua beruntun skuad Garuda setelah sebelumnya tumbang dari Arab Saudi yang membuat posisi Indonesia terperosok ke dasar klasemen Grup B tanpa satu pun poin.
Pada pertandingan melawan Irak, gol tunggal Zidane Iqbal di menit ke-67 menjadi penentu hasil akhir meski Indonesia mendominasi penguasaan bola dan beberapa kali menciptakan peluang berbahaya ke gawang lawan.
Kelengahan lini belakang di menit krusial dimanfaatkan dengan sempurna oleh Irak yang kemudian menjaga tempo pertandingan agar Indonesia kehilangan momentum untuk membalas.
Baca Juga:
Kalah 2-3 dari Arab Saudi, Indonesia Harus Menang Lawan Irak Demi Tiket Play-off
Indonesia harus puas finis sebagai juru kunci Grup B dan gagal menembus putaran final Piala Dunia 2026, hasil yang disambut kekecewaan mendalam dari pemain hingga puluhan juta pendukung di tanah air.
Media asal Belanda, Voetbal Primeur, turut menyoroti jalannya pertandingan dengan menyebut ada sejumlah keputusan wasit Ma Ning asal China yang dinilai janggal dan merugikan Timnas Indonesia.
Dalam ulasannya, Voetbal Primeur menyebut bahwa salah satu momen paling mencolok adalah ketika wasit tidak memberikan penalti meski Kevin Diks jelas terlihat disikut oleh Zaid Tahseen di area terlarang.
"Kevin Diks disikut di wajah di kotak penalti Irak, tetapi wasit awalnya meniup peluit tanda offside, wasit kemudian tampaknya membalikkan keputusan tersebut dengan memberikan Zaid Tahseen, yang melakukan pelanggaran tersebut, kartu kuning kedua," tulis media tersebut.
"Meskipun demikian, Irak tetap mendapatkan tendangan bebas, yang membuat semua orang di Indonesia kecewa," lanjutnya menggambarkan kebingungan publik atas keputusan itu.
Kejanggalan lain terjadi di menit ke-68 ketika Ole Romeny dijatuhkan saat sudah dalam posisi satu lawan satu dengan penjaga gawang, tetapi Zaid Tahseen hanya diganjar kartu kuning.
"Irak tampaknya lolos dari kartu merah setelah Zaid Tahseen menjatuhkan Ole Romeny, yang sempat menerobos pertahanan, tetapi hanya menerima kartu kuning," demikian ulasan lanjutan dari Voetbal Primeur.
Kapten Timnas, Jay Idzes, tak mampu menyembunyikan kekecewaannya dan sempat melakukan protes keras kepada perangkat pertandingan saat keputusan-keputusan wasit dirasa tidak konsisten.
Reaksi frustrasi Idzes terlihat jelas ketika ia mengangkat tangan ke udara setelah beberapa pelanggaran terhadap pemain Indonesia tak digubris oleh wasit asal China tersebut.
Dari sudut pandangnya, terdapat sejumlah keputusan yang tidak sepenuhnya benar, meski ia tetap berusaha menjaga sikap hormat kepada perangkat pertandingan sepanjang laga.
"Sulit karena saya selalu mencoba bersikap hormat, saya selalu berupaya menghormati semua orang, wasit, organisasi, semuanya," ujar Jay Idzes mengungkapkan perasaannya.
"Namun, hari ini sesuatu terjadi dan menurut saya tidak benar, pada akhirnya wasit memutuskan, jadi kami harus menerima itu," lanjutnya dengan nada berat.
"Namun, jika saya melihat di akhir pertandingan saya ingin memberikan bantuan kepada wasit dan mereka bilang tidak," ucapnya mengisyaratkan ketegangan yang terjadi di penghujung laga.
"Saya selalu memberikan respek, saya selalu di lapangan, saya memastikan semua orang menjauh dari wasit," tutup pemain Sassuolo tersebut yang mencoba meredakan emosi rekan-rekannya.
Dalam pertandingan ini, wasit Ma Ning mengeluarkan total delapan kartu, dengan Indonesia menerima enam kartu kuning sementara Irak mendapatkan satu kartu kuning dan satu kartu merah, sebuah statistik yang ikut memicu diskusi sengit di kalangan pecinta sepak bola nasional.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]